Bogor Times-Ratusan veteran meminta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Menteri Agraria dan Pertanahan/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) turun tangan mengatasi dugaan penyerobotan lahan di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Kasus ini terjadi terhadap lahan seluas 18,5 hektare yang merupakan kavling Primer Koperasi Veteran Republik Indonesia (Primkoveri) di Desa Kebon Kopi, Pengasinan, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Belum lama ini, sekira 100-an orang lansia dan rata-rata para pensiunan anggota TNI/ Polri mendatangi lahan miliknya di lokasi tersebut. Mereka menyaksikan lahan milik mereka sudah diratakan oleh alat berat. Patok dan pohon-pohon yang mereka tanam puluhan tahun hilang.
“Pemerintah melalui Menteri ATR/BPN harus turun tangan. Ini tidak bisa dibiarkan. Menteri harus berani memberantas mafia tanah yang membuat tanah milik kami diserobot pihak yang punya uang,” kata Hj. Soefiatun (72), salah seorang anggota Primkoveri.
Hj. Soefiatun menjelaskan, pada tahun 1995 dirinya bersama sejumlah veteran membeli lahan tersebut dengan cara cicilan sebesar Rp200 ribu per bulan dengan total harga Rp6 juta per kavling dengan luas kavling 500 meter persegi.
“Kami tergabung dalam naungan Paguyuban Pemilik Kavling Primkoveri sejak tahun1995. Sebagai pemilik sah, kami menguasai secara fisik lahan tersebut yang sudah dikavling dan dipatok cukup rapi. Kami juga membayar ganti rugi atau kompensasi garapan kepada masyarakat setempat untuk diolah tanahnya sebagai lahan kebun dan tanaman keras, seperti jati, sengon, tanaman lainnya. Bahkan sebagian dari kami sudah mendirikan bangunan semi permanen untuk penghasilan menambal kebutuhan sehari-hari, seperti warung sembako, kios isi ulang kuota pulsa maupun air mineral. Kami juga rutin membayar pajak bumi dan bangunan,” paparnya.
Anggota Primkoveri kaget karena tiba-tiba pada tanggal 10 Maret 2024 PT Sentul City Tbk melalui anak perusahaan, PT Natura City Development Tbk melakukan penataan tanah menggunakan alat berat.
“Semua patok yang kami pasang dihancurkan. Pohon-pohon ditebang. Seakan-akan mereka adalah pemilik sah lahan tersebut. Rasanya sakit hati melihat kavling yang bakal kami gunakan untuk berkumpul dengan anak cucu itu dirampas seketika seperti penjajah,” tuturnya getir.***