Bogor Times-Bagi seorang pejuang sejati, tidak ada istilah lawan. Yang ada adalah kompetitor.
Bukankah kita ditantang untuk berlomba-lomba dalam hal kebajikan menuju ketaqwaan? Ini berarti kita harus siap berkompetisi untuk meraih derajat tersebut.
Namun jenis kompetisi yang dibangun, bukanlah 'head to head'; berhadapan langsung beradu kekuatan. Melainkan melalui strategi dan taktik memadukan berbagai kekuatan untuk saling menutup kelemahan.
Baca Juga: Simak Dosa Korupsi dalam Ajaran Islam
Kompetisinya adalah menjadi inspirator dan inovator menuju gerakan bersama penuh damai untuk menyapa dan membina umat atau masyarakat. Apalagi, menjelang phase ketiga atau sepuluh hari terakhir bulan Romadhon 1444 H. Periode ini masyhur disebut periode ' idzqum minan naar', pembebasan dari api neraka.
Siapapun, pasti berkeinginan tidak masuk neraka di terminal akhir kehidupannya. Semuanya meminta kepada Gusti Allah Yang Maha Kuasa untuk ditempatkan di SurgaNya dengan Rahmat dan RidhoNya.
Tentunya, mumpung masih diberi kesempatan menghirup udara dunia ini, bersama semua makhluk harus berjuang, bersinergi dan kolaborasi ' la'allakum tattaquun'. Jadikan perbedaan menjadi kekayaan energi potensial. Jadikan kesamaan menjadi senyawa kekuatan yang dahsyat untuk menjadi insan yang bermanfaat.
Baca Juga: Farian Pendapat Ulama Tentang Rokaat Shalat Sunah Tarawih
Prinsip perjuangan tersebut, rupanya terpatri di dada H. Agus Riadi - Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Kabupaten Bogor. Bersama koleganya, masuk menembus benteng yang dianggap sedikit beda aspirasi. Apalagi, yang memiliki kesamaan aspirasi.
" Saya senang jalin silaturahmi dengan yang berbeda aspirasi. Jangan tanya untuk yang punya kesamaan aspirasi, tentunya betah berlama-lama ngopi" candanya kepada H. Sarnubih yang kerap mendampinginya.
" siap pak haji " jawab koleganya yang kerap diajak muter bersafari Taraweh Keliling ke beberapa masjid di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya.
" pak haji Sarnubih kan ya jajaran Pembina Yayasan Masjid, DKM Masjid perlu keliling nimba ilmu dalam pengelolaan masjid. Istilahnya anggota dewan mah studi banding gitu" canda Agus lebih menusuk hingga membuat rekannya manut laksana kerbau dicocok hidungnya.
Baca Juga: Ludes, RS Salak Kota Bogor Ditelan 'Jago Mereh'
Perjalanan safari Taraweh Keliling sampai juga ke Masjid Besar Riyadus Sholihin yang terletak di lokasi strategis di Kecamatan Parung Bogor. Berdiri kokoh dan cukup megah di jalan utama Depok- Parung - Bogor di samping Koramil Parung. Sebrang jalannya, ada waralaba terkenal Ramayana Parung.
Secara geografis, mesjid ini tak akan sepi jamaah sholat lima waktu dan sholat sunnah taraweh. Termasuk sholat Jumat dan kedua Ied (iedul fitri dan iedul adha).
Menurut penuturan pengurus DKM Masjid - H. Irwan Emed, cucu pendiri dan pewakaf sebagian tanah wakaf masjid - Haji Muhammad Hasan, perjalanan sejarah masjid tersebut sejak tahun 1930an masih berupa tajug. Wah cukup berdekatan dari lahirnya NU, 1926. Aktifitasnya sempat terhambat sejak NICA ( tentara kolonial Belanda) di tahun 1950an. Dan kembali aktivitas masjid hidup setelah NICA hengkang dari bumi pertiwi.