bogor

Enam Petugas Gali Terowongan Mendadak Sakit, Area Bersejarah Diduga Angker

Kamis, 2 September 2021 | 00:00 WIB
Terowongan peninggalan Belanda (Rosyka)

Bogor Times- Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, menyebutkan enam orang dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor yang melakukan uji coba peninggalan Belanda mengembangkan sakit. Hasil, dihentikan akan dihentikan untuk waktu.

“Ada semacam bungker ternyata. Ini terus digali, tapi enam orang yang gali ini ternyata sakit. Jadi dihentikan dulu, dan kita sedang mencari ahlinya,” ujar Bima Arya pada Rabu (01/09/2021).

Kedepannya Kota (Pemkot) Bogor akan bekerja sama dengan pihak profesional, yang biasa didapat pemerintah. Sehingga bisa dilanjutkan kembali dengan ahlinya.

"Saya akan melihat yang profesional, yang biasa mencatat atau goa gitu. Kita akan melihat lagi. Bukan penggali biasa," kata Bima.

Baca Juga: Wow, Pemkot Bogor Temukan Terowongan Bersejarah Peninggalan Belanda, Nanti Akan Diuji Lebih Lanjut

Kondisi sakitnya ke enam petugas pemelihara dari Dinas PUPR Kota Bogor itu menyebar ke mayarakat. Banyak yang terlupakan angker tersebut.

"Namanya juga trowongan. Pasti angker, makanya kalo yang tau tidak akan berani masuk," kata wara sekotat, Entis Sutisna.

Ia menduga sakitnya petugas karena gangguan jin yang merasa terganggu.

"Kalau rumah kuta diganggu pasti kita marah. Begitupun peninggalan belanda," pungkasnya.

Baca Juga: Anggota DPRD Kota Bogor Alihkan Anggaran Program Kerjanya Sebesar Rp 13 Miliar Untuk Hal Ini

Saat dimomfiemasi, salah seorang petugas bernama Roby mengatakan, diperkirakan rekan-rekannya sedang sakit karena bekerja dalam kondisi yang tidak sehat. Dia menjelaskan, setiap hari mereka harus pergi ke gorong-gorong Jalan Nyi Raja Permas, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor sebelum tiba di titik titik.

"Tidak enak rasanya, kayak tersedia itu mungkin. Kondisinya berlumpur, lembab, dan juga pengap karena kekurangan oksigen," beber Roby.

Dikaitkan dengan hal mistis, dia mengaku tidak merasakan hal tersebut. Roby hanya fokus pada kondisi gorong-gorong itu sendiri yang tidak cukup memadai. Sehingga, dia dan rekannya harus bekerja secara bergantian secara estafet.

Roby menuturkan, tim tersebut dibagi atas 16 orang yang menjadi dua tim, masing-masing delapan orang. Hanya saja, untuk melakukan permainan hanya cukup empat hingga enam orang dalam sekali waktu.

 

Tags

Terkini

Hore....Gaji ke-13 Pegawai RSUD Cibinong Sudah Turun

Minggu, 6 Oktober 2024 | 08:37 WIB