Bogor Times, Kabupaten - Puluhan massa aksi dari Persatuan Guru Madrasah (PGM) se-Kabupaten Bogor ontrog pusat Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Bogor, untuk menagih janji Bupati, Ade Yasin saat kampanye di tahun 2018 lalu.
Dalam aksi yang berlangsung selama kurang lebih empat jam itu, Pemkab Bogor akhirnya menerima beberapa perwakilan aksi pendemo diruangan sekretariat daerah Kabupaten Bogor, akan tetapi karena tak ditemui orang nomor satu di Bumi Tegar Beriman itu membuat perwakilan massa aksi itu kecewa.
"Bupati kemana, dan Wakil Bupati kemana, pak sekda maupun anggota dewan pada kemana. Saya gini aja, kalau tidak ada pejabat pemkab yang berkompeten untuk menemui kami lebih baik keluar dari ruangan audiensi ini," ujar ketua aksi sekaligus ketua Pengurus Daerah Mathlaul Anwar (PD MA) Kabupaten Bogor, Abdul Azis dalam audiensi yang hanya ditemui staf Sekda Kabupaten Bogor, Jatnika bersama Kasie PAI, Romdon, Kamis (20/2/2020).
Ia mengaku, saat dirinya menanyakan Bupati, Wakil Bupati Bogor maupun sekretaris daerah (Sekda) beserta anggota DPRD Kabupaten Bogor tidak ada, ia merasa jika madrasah seperti dianak tirikan oleh pemkab Bogor.
"Terus terang saat saya bertanya kemana Bupati ternyata lagi dinas luar, dan ini enggak ada jadi jelas-jelas madrasah di anak tirikan. Kami sedang aksi menyampaikan pendapat malah ditinggalkan, harusnya disambut oleh Ibu (Bupati,red) minimal begitu lah," kesalnya.
Azis menjelaskan, tujuan aksi demontrasi oleh guru madrasah hingga pengurus madrasah ingin meminta keterbukaan khususnya oleh Bupati Bogor dan kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bogor.
"Karena bupati Bogor telah menghibahkan dana hibah senilai Rp38 miliar bagi madrasah se-Kabupaten Bogor dalam menjalankan program Bogor Cerdas dan Bogor Berkeadaban," jelasnya.