Bogor Times, Nasional- Merantau, mencari nafkah diperantauan mudik kekampung halaman sekilas sesuatu yang lumrah di berbagai negara di dunia.
Namun ada ke khasan tersendiri yang terjadi di Indonesia. Mudik saat bulan Ramadhan ,berpuasa dan berlebaran dikampung halaman bersama keluarga dan handai taulannseakan sudah menjadi ritual tahunan yang istiqamah bagi para perantau.
Tak terkecuali bagi para perantau yang berasal dari Galis Giligenting kabupaten Sumenep. Warga perantau yang berasal dari ujung timur, terutama Jakarta berbondong bondong mudik kekampung halaman seakan menjadi sebuah event tahunan yang rutin.
Ada sesuatu yang unik dari tradisi sebagian masyarakat perantau ini. Semacam tradisi sosial yang dicoba dibentuk, digalang dibangun dengan basis kebersamaan, gotong royong dan kepedulian sosial.
Beberapa orang tokoh dan kader muda perantau menyamakan ide mereka untuk menggalang sebuah bentuk kebersamaan dan kegotong royongan bertujuan untuk memberikan kepedulian sosial dan berbagi terhadap sesama yang membutuhkan tanpa memandang perbedaan latar belakang sosial dan status.
Mereka tergabung dalam sebuah bentuk perkumpulan yang mereka beri nama Koalisi Masyarakat Peduli Aksi Kemanusaan (KOMPAK).
Hal ini pula yang mendasari M. Yusuf A.S seorang kader GP. Ansor Nahdlatul ulama yang dalam kesehariannya aktif di ranting kelapa gading timur untuk bergabung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan KOMPAK ini.
Kesehariannya sebagai kader NU yang militan ,pendidikan organisasinya ditempa dalam wadah GP Ansor dan istiqamahnya dalam melaksanakan amaliyah ahlussunnah wal jamaah bersama masyarakat sangat mewarnai dalam membentuk dan berjalannya perkumpulan yang dia ikuti.
Jika ada adagium setiap ilmu harus menjadi amal , setiap amal harus terwujud dalam tingkah ( kerja nyata _red).
Maka adagium tersebut benar benar terlaksana pada dirinya sebagai kader GP.Ansor Nahdlatul Ulama.