Bogor Times-Telah banyak terjadi kesalahan dalam memahami hadits Nabi tentang masalah bid`ah dengan mengatakan bahwa setiap perbuatan yang belum pernah dilakukan pada masa Rasulullah adalah perbuatan bid`ah yang sesat dan pelakunya akan dimasukkan ke dalam neraka dengan berlandaskan pada hadist berikut:
Baca Juga:
5 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi
وإيَّاكم ومحدثات الأمور؛ فإنَّ كلَّ محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
Artinya: Berhati-hatilah kalian dari sesuatu yang baru, karena setiap hal yang baru adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat [HR. Ahmad No 17184].
Pemahaman Hadits ini bisa salah apabila tidak dikaitkan dengan hadits yang lain, yaitu:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
Artinya: Siapa saja yang membuat sesuatu yang baru dalam masalah kami ini, yang tidak bersumber darinya, maka dia ditolak [HR al-Bukhari No 2697].
Ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan أمرنا dalam hadits di atas adalah urusan agama, bukan urusan duniawi, karena kreasi dalam masalah dunia diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat. Sedangkan kreasi apapun dalam masalah agama adalah tidak diperbolehkan [Yusuf al-Qaradhawi, Bid`ah dalam Agama, halaman 177].
Dengan demikian, maka makna hadits di atas adalah:
Baca Juga:
Ini Kategori Maulid yang Bid’ah
Barang siapa berkreasi dengan memasukkan sesuatu yang sesungguhnya bukan agama, lalu diagamakan, maka sesuatu itu merupakan hal yang ditolak.
Dapat dipahami bahwa bid`ah yang dhalalah (sesat) dan yang mardudah (yang tertolak) adalah bid`ah diniyah. Namun banyak orang yang tidak bisa membedakan antara amaliyah keagamaan dan instrumen keagamaan. Sama halnya dengan orang yang tidak memahami format dan isi, sarana dan tujuan. Akibat ketidakpahamannya, maka dikatakan bahwa perayaan maulid Nabi sesat, membaca Al-Qur’an bersama-sama sesat dan seterusnya.
Padahal perayaan maulid hanyalah merupakan format, sedangkan hakikatnya adalah bershalawat, membaca sejarah perjuangan Rasulullah, melantunkan ayat Al-Qur’an, berdoa bersama dan juga kerap diisi dengan ceramah agama yang mana perbuatan-perbuatan semacam ini sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an maupun Hadits.
Dan lafadz كل pada hadits tentang bid`ah di atas adalah lafadz umum yang ditakhsis. Dalam Al-Qur’an juga ditemukan beberapa lafadz كل yang keumumannya di-takhsis. Salah satu contohnya adalah ayat 30 Surat al-Anbiya`:
Baca Juga:
Hikmah Mengapa Kelahiran Nabi Muhammad saw pada Hari Senin Bulan Rabiul Awal
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَي
Artinya: Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup itu dari air (QS al-Anbiya': 30).
Kata segala sesuatu pada ayat ini tidak dapat diartikan bahwa semua benda yang ada di dunia ini tercipta dari air, tetapi harus diartikan sebagian benda yang ada di bumi ini tercipta dari air. Sebab ada benda-benda lain yang diciptakan tidak dari air, namun dari api, sebagaimana firman Allah dalam Surat ar-Rahman ayat 15:
Artikel Terkait
Saat Rasulullah Jelaskan pada Sahabat Persamaan Kerja dan Jihad
Tafsyir Hadits ‘Bekerjalah untuk Duniamu seolah Kauhidup Selamanya’
Sejarah Penyusunan Kalender Hijriyah
Tidak Ada Kata Damai, Toni Alfazri S.H Apresiasi Polisi Tangkap Pelaku Pelecehan Seksual Anak Di Kota Bogor
Kiat Merawat Celana Pria
SBY Dukung Prabowo, Demokrat Gabung Koalisi Indonesia Maju
PBNU Terima Replika Gedung UNU dari Presiden Jokowi
Erick Thohir Digugat Mantan Dirut GTS, Dituntut Ganti Rugi Rp 21,5 Miliar
Abon Ikan Lele Mahasiswa, Diapresiasi Wakil Rektor Universitas Lampung
Simak Keutamaan Bulan Rabiul Awal 1445 H