Bogor Times- Hadits yang berbunyi, “Tidur orang yang berpuasa bernilai ibadah” kerap diangkat oleh para muballigh dalam berbagai momentum ceramah seperti pada Kultum Ramadhan.
Hadits ini disampaikan umumnya dalam rangka menjelaskan keutamaan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kedudukan hadits tersebut dan pengertiannya.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Kitab Al-Jami Al-Kabir menyebutkan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, Ad-Dailami, dan Ibnun Najjar.
Baca Juga: Puluhan Orang Tewas. Banjir Bandang Padang Periaman Telan Ribuan Korban
Hadits “tidur orang yang berpuasa bernilai ibadah” diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abi Awfa Al-Aslami ra. Imam Al-Baihaqi mengatakan, di dalam riwayatnya terdapat perawi bernama Ma’ruf bin Hassan yang statusnya daif dan perawi bernama Sulaiman bin Amr An-Nakha’i yang lebih daif dari Ma’ruf.
Adapun bunyi hadits itu sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيحٌ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ، وَذَنْبُهُ مَغْفُورٌ"
Baca Juga: Buang Bayi, Diduga Pasangan Zina Dikejar Polisi
Artinya: “Dari sahabat Abullah bin Abi Awfa ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Tidur orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya tasbih, amalnya berlipat ganda, doanya diterima, dan dosanya diampuni,’” (HR Baihaki).
Hadits ini tidak dipahami secara harfiah begitu saja. Syekh Abdurrauf Al-Munawi dalam Kitab Faidhul Qadir menjelaskan hadits ini secara singkat, ‘Tidur orang yang berpuasa bernilai ibadah, diamnya (lain riwayat ‘nafasnya’) seperti kedudukan tasbih, amalnya berlipat ganda karena sebuah kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat, doanya diterima, dan dosa kecilnya diampuni selagi orang yang berpuasa menjauh dosa besar.’
Lalu bagaimana kita memahami tidur orang yang berpuasa bernilai ibadah? Kita harus memahami bahwa puasa adalah ibadah istimewa. Puasa merupakan ibadah yang berisi tuntutan untuk menjauhi hal yang membatalkan puasa dan larangan agama.
Baca Juga: Pancaroba, Kabupaten Bogor Rawan DBD
Puasa berbeda dengan ibadah lain, yaitu shalat, zakat, atau haji. Orang yang melaksanakan ibadah puasa tidak dituntut untuk melakukan sesuatu sebagaimana ibadah lain.
Lain dari ibadah shalat, zakat, atau haji yang mengandung gerakan aktif, ibadah puasa tidak menuntut gerakan aktif, tetapi justru gerakan pengendalian. Orang yang shalat, zakat, dan haji tidak dapat melakukannya sekaligus beraktivitas lain, termasuk sambil tidur.
Adapun orang yang melaksanakan ibadah puasa dapat melaksanakannya sekaligus dengan aktivitas lain karena memang tidak ada tuntutan untuk gerakan aktif ibadah pada puasa.
Artikel Terkait
Serempak Tawaqufan Mendekati Ramadhan, Inilah Alasannya dalam Pandangan Islam
Jelang Ramadhan, Irish Bella: Puasa Harus Tetap Semangat
Tangkal PKS, Yayasan Muinatul Wathoniyyah Cogreg Gelar Pelatihan Rabana hingga Sanlat Selama Ramadhan
Tangkal PKS, Yayasan Muinatul Wathoniyyah Cogreg Gelar Pelatihan Rabana hingga Sanlat Selama Ramadhan
Inilah Dalil Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan
Inilah Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan
Berbeda-beda dalam Penetapan Awal Ramadhan, Simak Alasannya
Penentuan Awal Ramadhan, Simak Pendapat Ulama
Bazar Ramadhan Dinas Sosial Kabupaten Bogor Diserbu Ribuan Warga, Ketua PPDI: Seneng Bupati dan Kadis Cicipin Kopi
Fiks, Kemenag Tetapkan Awal Ramadhan pada Selasa 12 Maret 2024