Bogor Times-Kecelakaan di jalan kerap kali terjadi. Karenanya tidak sedikit banyak yang mengaitkan pristiwa itu dengan keabsahan puasa.
Disebutkan dalam kitab Matan Abi Syuja’, sebagaimana berikut : Masuknya benda ke dalam tubuh dengan sengaja melalui lubang yang terbuka seperti mulut, hidung, dan lainnya, Masuknya benda ke dalam kepala, Mengobati orang yang sakit melalui qubul dan dubur, Muntah dengan sengaja, Bersetubuh dengan sengaja, Keluar mani karena bersentuhan kulit, Haid, Nifas, Hilang akal/kesadaran, seperti gila, dan Murtad.
Dalam permasalahan yang ditanyakan di atas, yaitu masuknya pisau ke dalam bagian tubuh yang tersayat tidak termasuk hal yang membatalkan puasa, karena bagian kulit atau daging yang tersayat pisau tersebut bukan tergolong lubang yang terbuka. Sebagaimana keterangan yang dijelaskan oleh Syihabuddin Ahmad Al-Qulyubi:
Baca Juga: Aspek Perbedaan Mukmin dan Kafir, Tafsir Suroh Al Kafirun
Baca Juga: Anugerah Tak Terbatas untuk Rasulullah, Tafsir Suroh Al Kautsar
Baca Juga: Kemenangan Rasulullah atas Seluruh Bangsa Arab, Simak Tafsir Suroh An Nashr
وَلَوْ أَوْصَلَ الدَّوَاءَ لِجِرَاحَةٍ عَلَى السَّاقِ إلَى دَاخِلِ اللَّحْمِ أَوْ غَرَزَ فِيْهِ سِكِّيْنًا وَصَلَتْ مُخَّهُ لَمْ يُفْطِرْ لِأَنَّهُ لَيْسَ بِجَوْفٍ وَلَوْ طَعَنَ نَفْسَهُ أَوْ طَعَنَهُ غَيْرُهُ بِإِذْنِهِ فَوَصَلَ السِّكِّيْنُ جَوْفَهُ أَفْطَرَ .
Artinya, “Jika dia memasukkan obat karena luka pada betis ke dalam daging, atau menusukkan pisau ke dalamnya hingga sampai ke sumsum, maka tidak batal puasanya, karena itu bukan rongga badan. Jika dia menusuk dirinya sendiri, atau ada orang lain yang menusuknya atas seizinnya, dan pisaunya ditancapkan sampai pada bagian rongga dalam perut, maka hal itu membatalkan puasa.” (Syihabuddin Ahmad al Qalyubi, Hasyiyah Qalyubi wa Umairah [Mesir: Dar Iḥya’il Kutub al-Arabiyah: 1950] Juz II, Halaman 56)
Baca Juga Tindakan Medis yang Membatalkan dan Tak Membatalkan Puasa. Sedangkan untuk permasalahan keluarnya darah, juga tidak termasuk hal yang membatalkan puasa. sama seperti orang yang melakukan bekam saat puasa, yaitu pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari sayatan kecil dalam tubuh. Mayoritas ulama berpendapat bahwa bekam tidak membatalkan puasa dan tidak dimakruhkan bagi orang yang puasa.
فَأَمَّا الْحِجَامَةُ فَلَا تُفْطِرُ الصَّائِمَ ، وَلَا تُكْرَهُ لَهُ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ الصَّحَابَةِ وَالْفُقَهَاءِ
Artinya, “Adapun bekam, tidak membatalkan puasa orang yang berpuasa, dan tidak di-makruh-kan, demikian pendapat sebagian besar sahabat dan ahli fiqih.” (Abul Hasan Ali Al Mawardi, Al-Hawil Kabir, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1994] Juz III, Halaman 461)
Adapun pendapat yang memakruhkan bahkan melarang bekam bagi orang yang puasa, itu karena akan membuat tubuh menjadi lemas, sehingga dikhawatirkan bisa membatalkan puasa, bukan karena bekam itu sendiri termasuk hal yang dapat membatalkan puasa.
Dari penjelasan di atas, dapat di pahami bahwa tersayatnya tubuh hingga mengeluarkan darah tidak membatalkan puasa, karena pisau yang melukainya tidak sampai masuk pada bagian rongga dalam tubuh, serta keluarnya darah dari tubuh juga tidak termasuk hal yang membatalkan puasa. Wallahu a’lam. Muhammad Zainul Millah, Pesantren Fathul Ulum Wonodadi Blitar Jawa Timur.
Artikel Terkait
Kiyai NU Ajak Masyarakat Berdamai, Gus Yahya: Mari Kesampingkan Perbedaan
Keutamaan Bagi Mereka yang Menimbal Ilmu di Bulan Ramadhan
Urutan Surat dalam Al-Qur'an sebagai Bacaaan Shalat Tarawih di 15 Malam Pertama
Ramadhan, Waktu Terbaik Membaca Al Quran
Kader Terbaik PKS, Dedi Aroza disebut oleh Achmad Ru’yat Sebagai Bakal Calon Bupati Bogor dari PKS
Santuni 350 Anak Yatim, Baznas Bersama CSG Gelar Bukber
Terjemah Matan Hidayatus Sibyan Persi Pesantren Cogreg
Kemenangan Rasulullah atas Seluruh Bangsa Arab, Simak Tafsir Suroh An Nashr
Anugerah Tak Terbatas untuk Rasulullah, Tafsir Suroh Al Kautsar
Aspek Perbedaan Mukmin dan Kafir, Tafsir Suroh Al Kafirun