Bogor Times- Masalah ini menjadi bahasan yang panjang lebar di kalangan para sejarahwan Nahwu seperti Ibn Ṣalām dalam Ṭabaqāt al-shuʿara', Ibn Qutaybah dalam al-Maʿārif, al-Zujājī dalam al-Amālī, Abū Ṭayyib al-Lughawī dalam Marātib al-naḥwiyyin , al-Sayrafī dalam al-Akhbār al-naḥwiyyin al-baṣriyyin, al-Zabidī dalam al-Ṭabaqāt, Ibn Nadīm dalam al-Fahrasat, al-Anbārī dalam Nuzhat al-albā dan al-Qafṭī dalam Inbā al-ruwwa.
Mereka semua berpendapat jika peletak dasar pertama ilmu ini adalah Imam Ali karamma l-lāhu wajhahu dan Abū al-Aswad ad-Du'alī. Peneguhan Imam Ali sebagai pelatak dasar ilmu Nahwu justru berasal dari riwayat Abū Aswad al-Du'alī dimana menurutnya Imam Ali memberikan kata kunci pertama tentang ilmu Nahwu misalnya yang terakit dengan riwayat Imam Ali yang menyatakan jika kalam itu ada tiga isim, fiʿil dan huruf. Ad-Dua'lī juga bercerita bahwa Sayyidina Ali lah yang membagi kata benda (nama) menjadi tiga; kata benda lahir (ẓāhir), kata benda tidak lahir (ẓāmir) dan kata benda yang bukan keduanya. Selain Ali, ada juga yang berpandangan jika ilmu Nahwu ditemukan oleh ʿAbdur Raḥmān b. Hurmuz al-Aʿraj dan Nasr b. ʿĀṣim.
Namun menurut mayoritas sejarahwan pendapat ini dipandang lemah. Sejarah yang benar adalah setelah Imam Ali, Nahwi dikembangkan oleh Abu al-Aswad ad-Du'alī. Al-Anbārī dan az-Zujāzī meneguhkan ad-Duʿali sebagai pelatak dasar ilmu ini setelah Imam Ali karena dialah yang mentransmisikan hal ini dari Imam Ali. Sudah menjadi kesepakatan di kalangan ulama Nahwu jika ad-Du'alī lah yang pertama memberikan harakat pada mushaf al-Qur'an. Kebenaran ini hampir tidak bisa kita pungkiri karena hampir semua generasi salaf dan juga khalaf tidak mempermasalahkannya.
Namun demikian, ilmu baru diberikan dengan nama sebagai ilmu Nahwu justru sepeninggal ad-Du'alī. Pada masa dia, nama ilmu Nahwu adalah al-̵ʿArabiyya. Ibn Ḥajar dalam kitabnya al-Iṣābah menyatakan, “awwalu man ḍabaṭa al-muṣhaf wa waḍaʿa al-ʿarabiyyata Abū al-Aswad,” pertama kali orang yang memberi harakat pada mushaf dan yang meletakkan al-ʿarabiyya adalah Abū al-Aswad. Setelah adl-Du'alī mangkat, maka nama untuk al-ʿarabiyyata diikat dengan Nahwu. Namun demikian, istilah Nahwu diambil dari markas Abū al-Aswad di depan Imam Ali.***
Artikel Terkait
Johnny G Plate Menyalahkan Presiden Terkait Kasusnya
Menpora Dito Ariotedjo Menolak Berkomentar Mengenai Dugaan Pengembalian Uang Terkait Kasus BTS
Kunjungan Kerja Menteri Koordinator Mahfud MD ke Papua Memperkuat Dialog dan Pembangunan untuk Kesejahteraan
Dito Mahendra Diperiksa oleh KPK Terungkapnya Fakta-Fakta Terbaru dalam Kasus Korupsi Melibatkan Sekretaris MA
Dampak Penertiban Pengamen Boneka di Lampu Merah Manado Tanggapan Warga Sulut Beraga
Jadwal Pendaftaran PPDB SMP Kota Bogor 2023: Tahap I dan Tahap II Telah Ditutup
Kondisi Kesehatan Menurun, Ibunda Oki Setiana Dewi dilarikan Ke ICU di Mekah
Sebanyak 480 Jamaah Haji Asal Cianjur Tiba di Indonesia
Ilmu Nahwu, Simak Sejarahnya
Perbedaan Pendapat Ahli Nahwu Tentang Tema-tema Awal Penyusunan