Bogor Times-Sejarah telah mencatat, bahwa orang pertama yang meresmikan peristiwa hijrah Nabi sebagai tonggak awal dalam perhitungan kalender hijriyah adalah Umar bin Khattab RA, yaitu saat beliau menjabat sebagai Khalifah ke-2 menggantikan Abu Bakar As-Shiddiq RA.
Peristiwa itu terjadi 17 tahun setelah Hijrah Nabi. Meski demikian, Sayidina Umar adalah seorang pemimpin yang selalu bermusyawarah dengan para sahabat Nabi yang lain dalam menyikapi berbagai persoalan umat, termasuk dalam menentukan penanggalan atau kalender umat Islam.
Karenanya beberapa pendapat dari para sahabat Nabi pun sempat bermunculan. Ada yang berpendapat, bahwa penanggalan Islam hendaknya berpijak pada tahun kelahiran Nabi. Ada juga yang mengusulkan, tahun diangkatnya Nabi sebagai utusan Allah adalah waktu paling tepat dalam menentukan awal kalender umat Islam. Bahkan ada pula yang berpendapat agar tahun wafatnya Nabi dijadikan titik awal perhitungan penanggalan.
Baca Juga: Tiga Sifat Neraka Huthamah Berdasar Tafsir Surat Al-Humazah Ayat 4-9
Dari beberapa usulan tersebut, Sayidina Umar lebih condong kepada pendapat Sayidina Ali bin Abi Thalib, yang mengusulkan peristiwa hijrah Nabi sebagai tonggak sejarah paling penting dalam Islam, dibanding peristiwa lainnya. Dengan alasan, karena hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah merupakan simbol pembatas antara yang hak dan yang batil.
Peristiwa ini (yakni, awal penentuan kalender umat Islam) terjadi pada tanggal 1 Muharram, bertepatan dengan hari Jum’at, tanggal 16 Juli 622 M.
Jika kita lebih lanjut, ada hal yang unik dalam sistem kalender hijriyah. Karena dalam catatan sejarah, peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah sesungguhnya terjadi pada bulan Rabiul Awal, bukan pada bulan Muharram. Lalu mengapa justeru bulan Muharram yang dijadikan sebagai tonggak pertama penanggalan umat Islam?.
Baca Juga: Peringatan Bagi Pencela dan Penggunjing, Tafsir Surat Al-Humazah Ayat 2 hingga 3
Dalam kitab-kitab Tarikh atau sejarah Islam, banyak dijelaskan bahwa Nabi bertolak dari Mekkah menuju Madinah terjadi pada hari Kamis terakhir di bulan Shafar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Goa Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, bertepatan dengan hari Senin tanggal 13 September 622.
Namun demikian, Sayidina Umar dan para sahabat Nabi yang lain saat merumuskan kalender umat Islam, memilih bulan Muharram sebagai awal tahun hijriyah. Ini karena, pada bulan Muharram-lah sesungguhnya Nabi pertama kali memiliki ’azam (rencana) untuk berhijrah.
Mengingat pada bulan Muharram itu Rasulullah telah selesai dari seluruh rangkaian ibadah haji, juga karena bulan Muharram termasuk salah satu dari 4 bulan haram dalam Islam yang dilarang oleh Allah untuk berperang. Rasulullah sendiri pernah menyebut bulan Muharram dengan sebutan “Syahrullah (Bulannya Allah)”,****
Artikel Terkait
Arah Politik Partai Golkar Belum Jelas, Airlangga Hartarto Ditekan untuk Menentukan Poros Politik
Peningkatan Kinerja Daerah Berprestasi Dihargai dengan Insentif Fiskal Rp3 Triliun
Tersangka Penistaan Agama Lina Mukherjee Ditahan oleh Kejaksaan Negeri Palembang
Kontroversi Foto Ferdy Sambo Berada di Rumah Menggemparkan Dunia Maya
Balik Nama Sertifikat Tanah Warisan Penting untuk Memastikan Hak Kepemilikan Tetap Berkekuatan Hukum
Kunjungi Kantor MUI Psp, AKBP Dudung Setyawan "Peran MUI Penting Terciptanya Harkamtibmas yang Kondusif"
Berikut Penafsiran Ayat-ayat Jihad yang Mendekati Kebenaran
Peringatan Bagi Pencela dan Penggunjing, Tafsir Surat Al-Humazah Ayat 2 hingga 3
Tafsir Surat Al-Fil, Penjabaran dan Keutaman
Tiga Sifat Neraka Huthamah Berdasar Tafsir Surat Al-Humazah Ayat 4-9