• Jumat, 22 November 2024

Kisah Layla-Majnun, Cinta Abadi Insan Manusia

- Kamis, 13 Juli 2023 | 20:55 WIB
Cinta (Pixabay)
Cinta (Pixabay)

Bogor Times-Layla. Boleh jadi itulah nama seorang perempuan yang paling banyak disebut orang di dunia Muslim sekaligus dijadikan nama bagi anak perempuannya. Aku sendiri memberi nama anakku yg kedua Layali Hilwah (malam2 yang manis), karena terinspirasi oleh nama Layla. Ia dipakai sebagai lambang atau simbol sosok perempuan lembut, bersahaja, melankoli dan keelokan yang mempesona.


Di dunia Timur Tengah nama ini dikenal luas dalam kisah cinta abadi antara “Qais dan Layla”, atau dikenal dengan sebutan “Layla-Majnun”. Ada puluhan novel yang ditulis para sastrawan yang menceritakan kisah percintaan Layla-Qais atau "Layla-Majnun" tersebut.


Nama lengkapnya Layla binti Mahdi bin Sa’d bin Ka’b bin Rabi’ah. Sementara nama lengkap kekasih abadinya adalah Qais bin Mulawwih (Mulawwah) bin Muzahim bin ‘Adas bin Rabi’’ah bin Ja’dah bin Ka’b bin Rabi’ah. Sebagian orang menyebut Qais bin Mu’adz yang berasal dari Kabilah Amir.

Kisah cinta Layla-Qais, dipandang masyarakat sebagai cinta abadi dan legendaris. Sebuah cinta paling indah, menggetarkan, menguras air mata sekaligus juga merupakan sebuah kisah percintaan indah yang berakhir tragis.


Kisah percintaan keduanya telah menginspirasi banyak sastrawan besar dunia untuk menulis kisah cinta abadi yang senafas, seperti Romeo and Juliet, karya William Shakespeare, "Romi dan Juli", atau kisah cinta "Magdalena-Stevan", karya Alphose Karr berjudul "Sous les Tilleus" (Dalam bahasa Perancis berarti, "Di Bawah Pohon Tilia") yang kemudian diterjemahkan atau disadur dengan sangat apik oleh Musthafa al-Manfaluthi, menjadi "Majdulin", dan juga kisah cinta Hayati dan Zainuddin dalam novel terkenal "Tenggelamnya Kapal Vanderwijck", karya ulama besar Indonesia, Buya Hamka yang mengebohkan itu, dan "Baridin-Ratminah" di Cirebon, Jawa Barat dan lain-lain.


Kisah Cinta Layla-Qais, ditulis oleh sejumlah sastrawan dunia dan sufi besar dari berbagai negara Arab, Persia, Turki, India dan lain-lain dengan versi yang berbeda-beda. Mereka antara lain: Al-Ashmu’i (w. 215 H), Arab, Nizami Ganjavi, Nizam al-Din, (w. 599 H), Persia, Sa’d al-Syirazi (w. 1291 M) Persia, Abd al-Rahman al-Jami (w. 1492 M), Persia , Amir Khasru al-Dihlawi (w. 1325 M), asal Turki kemudian pindah ke Delhi, Ahmad Syauqi (1932 M), Mesir, dan lain-lain.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Usman Azis

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penjelasan Ilmu Fiqih, Tinggalkan Sholat Karena Tidur

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:14 WIB

Mengenal Makna Udzur Sholat Dalam Ilmu Fiqih

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:06 WIB

Hukum Nikahi Sepupu

Minggu, 6 Oktober 2024 | 07:28 WIB

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB
X