Bogor Times-Tradisi Islam di Nusantara tidak luput dari sejarah nenek moyang. Selain itu juga bagian dari bentuk akulturasi karya Wali Songo.
Diawali dari upaya para wali menyebarkan Islam. Upaya itu tidak semerta-merta menghapus budaya yang sudah mengakar kuat di masyarakat.
Demikian dikatakan Ustad Usman Abdul Azis pada gelaran Ruwahan di Majelis Taklim Anak Sholeh, Gg Damai Rt 03/07 Desa Cogreg, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor pada Selasa 7 Maret 2023.
Baca Juga: Polsek Kemang Ringkus Jaringan Begal, Satu Unit Motor dan Mobil Diamankan
Menurutnya, Ruwahan tersebut adalah mendoakan nenek moyang dengan bacaan tahlil.
“Sejarah mencatat. Ajaran Islam yang dikenalkan Wali Songo tidak kaku, sehingga masyarakat dapat menyerap dan menerima dengan mudah,” terang Azis pada Selasa 7 Maret 2023.
Ia menambahkan, Wali Songo juga mengenalkan bulan-bulan Islam yang selalu terkait dengan proses perbaikan diri.
Baca Juga: Ribuan Warga Karang Asem Timur Padati Kampanye Damai Calon Kepala Desa Nomor 04, Sony Priyanto , SE
“Salah satu bentuknya akulturasi Islam dan budaya Jawa adalah “Ruwahan atau Ruwatan,” ungkapnya.
Ruwahan adalah tradisi yang tua yang sudah ada sejak dulu. Para dewan wali kemudian mengawinkannya dengan ajaran Islam sebagai bulan penyambut Ramadhan.
Tradisi itu kemudian bisa dimaknai sebagai media untuk membersihkan diri, “Manusia itu sendiri adalah makhluk rohani yang berkeduudukan sebagai hamba, kholifah dan kekasih,” katanya.
Baca Juga: Vidio Tauran Viral, Satu Korban Bacok, Netizen: Balcklis Anak yang Tauran
Ia menegaskan, orang yang menganggap tradisi Ruwahan syirik adalah kalangan yang sangat tidak melek sejarah dan maknanya.
Kegiatan Ruwahan Majelis Taklim Anak Sholeh dimulai dengan pembacaan Al-Qur’an oleh para santri. Kemudian doa khotmil Qur’an, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang disusul taushiah usai berbuka Puasa Nisfu Syaban.****
Cc.Yandi