Bogor Times - Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah seorang ulama yang terkenal pada zamannya. Murid-muridnya berasal dari berbagai kalangan. Ada anak orang kaya, ada anak penguasa, ada juga anak pedagang dan anak-anak orang miskin. Di madrasah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak ada dikriminasi, semua murid diperlakukan sama.
Di madrasah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani diperkenalkan ilmu dan lebih diutamakan adab, termasuk adab kepada guru yang dijunjung tinggi. Termasuk adab yang diajarkan adalah bagaimana murid berhikmat dan meraih keberkahan dari gurunya.
Sebuah kebiasaan bahwa ketika sang guru sedang menyantap makanan, maka murid-murid tidak ada yang ikut makan sebelum gurunya selesai, ternyata ada tradisi meraih berkah ilmu dengan memakan sisa makanan gurunya.
Baca Juga: Tatacara Bersuci Bagi Penyandang Tuna Netra
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani paham hal tersebut sehingga ia selalu menyisahkan makanannya untuk di ambil oleh murid-muridnya.
Seorang tamu yang datang menjenguk anaknya melihat hal itu dan berfikir bahwa anak-anak mereka yang belajar pada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani diperlakukan seperti babu atau kucing.
Masa mereka diberikan sisa makanan dari gurunya. Pikiran kotor inilah yang menyebabkan orang tua murid tadi memprofokasi orang tua lainnya.
Baca Juga: Ketua LPTQ Kota Bogor DR. KH. Ade Sarmili Siap Gelar MTQ Ke- 40 Tingkat Kota Bogor
Salah satu orang tua yang merupakan orang terpandang, kaya dan penguasa termakan propokasi dan datang menghadap Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan mengungkapkan keberatannya atas perlakuan sang guru kepada anaknya yang dianggap melecehkan kehormatannya dan kehormatan anaknya.
Maka terjadilah dialog sebagai berikut :
“Wahai tuan syekh, saya menghantar anak saya kepada tuan syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing. Saya hantar kepada tuan syekh, supaya anak saya jadi alim ulama’.”
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani hanya jawab ringkas saja. “ Kalau begitu ambillah anakmu.”
Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk pulang. Ketika keluar dari rumah syekh menuju jalan pulang. Orang tua murid tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat, ternyata kesemua soalannya dijawab dengan tepat dan rinci. Maka bapak tadi berubah fikiran dan mengembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
“Wahai tuan syekh terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali. Tuan didiklah anak saya. Ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga diperlakukan seperti kucing. Saya melihat ilmu anak saya sangat luar biasa bila bersamamu.”