Bogor Times- Setiap manusia pasti memerlukan waktu untuk tidur. Tidak ada seorang pun yang bisa menolak tidur.
Tidur juga merupakan salah satu nikmat yang di berikan Allah kepada makhluk ciptaanya.
Lalu apakah kita boleh tidur sekehendak kita? apakah ada waktu yang dilarang untuk tidur?
Baca Juga: Geger Trending Tagar ' Australia Berbohong ' di Twitter.
Tidur adalah salah satu aktivitas istirahat yang dilakukan oleh manusia di setiap harinya. Dengan porsi tidur yang cukup, seseorang dapat menjalankan aktivitas kesehariannya secara maksimal. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (QS Ar-Rum: 23).
Porsi tidur yang ideal bagi manusia dalam sehari semalam adalah kisaran enam sampai delapan jam, dengan menyertakan tidur qailulah (tidur sebentar) di siang hari. (Jalaluddin as-Suyuthi, Ar-Rahmah fi at-Thib wa al-Hikmah, hal. 20).
Baca Juga: Ketegangan Memanas , Usai Australia di Kabarkan Laporkan China ke WTO
Meski demikian, ada waktu-waktu tertentu yang tidak dianjurkan bagi seseorang untuk tidur.
Pertama, tidur setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari.
Tidur di waktu ini dipandang akan menjadikan orang yang melakukannya terhalangi mendapatkan berkahnya rezeki dan umur. Sebab waktu-waktu tersebut merupakan waktu diturunkannya keberkahan rezeki pada seseorang. Hal ini seperti dijelaskan oleh Habib Zain bin Smith:
النوم بعد الصبح يذهب بركة الرزق والعمر لأن بركة هذه الأمة فى البكور وهو بعد صلاة الفجر إلى طلوع الشمس.
“Tidur setelah subuh menghilangkan berkah rezeki dan berkah umur, sebab berkahnya umat ini ada di waktu pagi, yakni waktu setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari” (Habib Zain bin Smith, Fawaid al-Mukhtarah, Hal. 590)
Baca Juga: Gus Nadir Analogikan Dinamika Muktamar NU Seperti Pertandingan Sepak Bola