keagamaan

Rekonsiliasi Antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Selasa, 5 Oktober 2021 | 10:19 WIB
fixabay (fixabay)

BogorTimes - Umat islam didunia tentu tahu rukun islam ada kelima. salah satu rukun yang ke kelima adalah menunaikan ibadah haji, dari perjalanan ibadah haji kita dapat memetik sirrah nya ibadah penuh hikmah itu, seperti puasa di bulan Dzulhijjah, puasa sunnah tarwiyah dan Arafah, serta memperingati hari besar kedua umat Islam, Idul Adha.   

Idul Adha juga tak asing dengan sebutan Hari Raya Kurban, di mana umat Islam dalam momen tersebut ramai-ramai memberikan hewan kurban seperti kambing, kerbau, maupun sapi sebagaimana syariat Nabi Ibrahim AS dan nabi ismail AS.

Nabi Ibrahim AS adalah orang yang sangat patuh kepada Allah. Contohnya ketika Allah menyuruh Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, tanpa ragu-ragu langsung dilaksanakan kemudian dipangggilnya nabi ismail untuk bermusyawarah. 

Baca Juga: Amalan Penolak Bala di Bulan Safar

Dari musyawarah itu nabi ismail setuju dirinya dijadikan kurban oleh ayahnya (QS as-Shaffat: 107), ketika ismail 'dieksekusi' oleh ayahnya, Ismail sabar dan pasrah kepada Allah. Nabi Ibrahim yakin tidak akan ada sebuah perintah dari Allah tanpa jaminan dari Allah.

Buktinya benar bahwa sembelihan Ibrahim diganti dengan sembelihan kambing yang sangat besar, inilah cikal bakal adanya syariat kurban.

Oleh karena itu marilah kita berkurban semoga Allah akan menggantinya dengan rezeki yang lebih besar. Tuntunan kurban juga terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Kautsar ayat 2 yang menyatakan, Fashalli lirabbika wan har, “Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).  

Baca Juga: Jangan Lakukan ini di Bulan Safar Jika Tidak Ingin Sial.

Makna kurban dalam ayat tersebut mempunyai beberapa dimensi karena muaranya adalah takwa kepada Allah. Untuk mencapai derajat tersebut, manusia tidak mungkin hanya bermodal keshalehan vertikal kepada Tuhannya, melainkan mampu menumbuhkan keshalehan sosial kepada sesama manusia sebagai basis kekhalifahan di muka bumi.

Dimensi yang dimaksud yaitu dimensi sosial dan spiritual. Aspek sosial dalam ibadah kurban jelas terlihat ketika seorang hamba berbagi kebahagiaan terutama dengan masyarakat kurang mampu untuk dapat menikmati daging kurban, baik berupa sapi maupun kambing.

Dimensi ini akan menyadarkan individu bahwa kepedulian terhadap sesama manusia mempunyai peran yang sangat penting untuk menumbuhkan keshalehan sosial pada diri pribadi maupun orang lain.

Baca Juga: Ungkap Latar Belakang dan Tujuan Rebo Wekasan

Jadi dampak ibadah kurban bukan satu arah, melainkan saling timbal balik memunculkan kebaikan. Tentu sempit jika kepedulian kepada sesama manusia dimaknai melalui kurban.

Ibadah kurban hanya salah satu amal shaleh yang dianjurkan oleh Allah untuk mengambil pelajaran berharga dari historisitas luar biasa Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar. Ketika orang mulia ini bahkan menjadi panutan umat Muslim dalam menjalankan tahap-tahapan ibadah haji selama ini.

Sebagaimana diketahui, rukun haji seperti Sa’i dan lempar jumrah berasal dari riwayat sejarah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Namun, hendaknya dipahami secara substantif meskipun terwujud dalam bentuk simbol-simbol dalam ibadah haji.

Halaman:

Tags

Terkini

Penjelasan Ilmu Fiqih, Tinggalkan Sholat Karena Tidur

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:14 WIB

Mengenal Makna Udzur Sholat Dalam Ilmu Fiqih

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:06 WIB

Hukum Nikahi Sepupu

Minggu, 6 Oktober 2024 | 07:28 WIB

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB