BogorTimes - Sahabat Anas bin Malik kembali berperang dan kenapa ia turun ke kota Shustar itu. Sebenarnya, ada hal apa antara Anas bin Malik dengan peperangan Tustar (Shustar)?
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab hadits shahihnya bab shalat khauf sebelum menyebutkan hadits no 945 dan Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf 18/308 serta Ibn Sa'ad dalam Thabaqatnya 5/333 bahwa sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu senantiasa menangis tatkala teringat kemenangan fenomenal pasukan Muslim di pembebasan kota Tustar.
Di sini, perlu di ingat bahwa Tustar adalah kota benteng persia yg tersulit untuk dibebaskan. Bukan sembarang kota, tapi kota benteng dengan pertahanan alami dengan kanal dan sungai besar yang membentenginya. Kurang lebih 1,5 tahun (18 bulan) lamanya pasukan muslim mengepungnya, barulah kemudian bisa takluk atas izin Allah.
Baca Juga: Hari Libur di Geser, Cholil Nafis : Alasan yang Tak Relevan di Tengah Menurunnya Kasus Covid-19
Pertanyaannya adalah; kenapa justru Malik bin Anas -radhiyallahu anhu- menangis ketika mengingat 'kemenangan' besar ini?
Ternyata bukan soal itu, namun jauh lebih dalam lagi. Sejumlah 30.000 pasukan Muslim yg mampu mengalahkan 500.000 pasukan persia ini, berhasil menembus pertahanan musuh sesaat sebelum waktu fajar (subuh).
Betapa dahsyatnya dan gentingnya penyerbuan tersebut, hingga kaum muslimin pun tak sempat untuk melakukan shalat subuh tepat waktu dg tata cara shalat khauf.
Baca Juga: Mendobrak Perjalanan Anas bin Malik, Dijamin Masuk Surga, Perawi Hadits Tebanyak Ketiga.
Inilah alasan kenapa Malik justru bersedih dan menangis atas kemenangan warbyasah ini. Beliau menangis karena tidak bisa melakukan shalat subuh tepat waktu, karena peperangan yg dahsyat sedang berkecamuk.
Saat itu, Anas bin Malik berkata;
“وما تستر؟ لقد ضاعت مني صلاة الصبح, ما وددت أن لي الدنيا جميعاً بهذه الصلاة”
"Apalah artinya kemenangan gemilang di Benteng Shushtar Khuzestan itu? Sungguh pada saat kemenangan itu aku kehilangan waktu shalat subuh."
"Seandainya seluruh dunia ada di genggamanku, takkan pernah bisa melebihi agungnya shalat subuh tepat waktu."
Baca Juga: Kyai Said Aqil Siraj, Altruism, Dan Muktamar NU
Akhirnya pasukan Muslim baru bisa shalat subuh ketika hari sudah terang bersama Abu Musa al Asy'ari radhiyallahu anhum ajma'in.