BogorTimes - Janganlah mencela makanan, kalau tidak suka tinggalkan saja. Tak perlu memberikan komentar seolah-olah menolak rizki Allah SWT.
Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab Riyadhus Sholihin mengenai tidak bolehnya mencela makanan dan disunnahkan memujinya. Beliau membeberkan dua hadits dari Abu Hurairah dan Jabir berikut ini.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَا عَابَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – طَعَامًا قَطُّ ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 4989 dan Muslim no. 2064).
Baca Juga: MENPORA: Akan Menuntaskan Masalah Sanksi WADA, ISORI Mendukung Langkah Penyelesaiannya.
Baca Juga: Ibu Kota Jakarta Menggelar Formula E 2022, Anies Baswedan Sejalan Dengan Jokowi, Benarkah?
Lihatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan cara bagaimana menghadapi makanan yang tidak kita sukai, yaitu dengan ditinggalkan. (Bahjatun Nazhirin, 2: 51).
Sudah seharusnya kita memuji makanan, sebagaimana dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada keluarganya tentang lauk. Mereka lantas menjawab bahwa tidak di sisi mereka selain cuka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ
“Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR. Muslim no. 2052).
Baca Juga: Alphard Sudah Hidup Mencapai Tiga Generasi, dengan Tiap Generasi Mendapat Penyegaran.
Perhatikan, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta lauk, yang ada hanyalah cuka. Maka beliau pun tetap menyantapnya, bahkan memujinya. Inilah yang dimaksud memuji makanan.