Bogor Times-Tafsir Kesuksesan dalam Al-Qur'an Muhammad Hanif Rahman Sabtu, 10 September 2022 | 05:00 WIB Bicara kesuksesan seringnya dikaitkan dengan materi.
Mulai dari kerjaan, besaran gaji, rumah mewah, kendaraan mewah, besaran saldo tabungan, sampai pakaian branded dan aksesoris branded lainnya. Sudah tepatkah persepsi kesuksesan demikian itu? Bagaimana penjelasan Al-Quran tentang kesuksesan. Ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan pembahasan ini adalah surat Al-Fajr ayat 15-16 berbunyi:
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
Baca Juga: Ketahui Masa Iddah Perempuan Monofose
Baca Juga: Pengaruh Lingkungan pada Kecerdasan Anak
Baca Juga: Cegah Anak Jadi Pembully, Simak Kiat ini
Artinya, “(15) Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”; (16) dan adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“.
Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan sifat orang kafir yang tidak mengimani adanya hari kebangkitan.
Dimana kemuliaan atau kehinaan diukur dengan banyak sedikitnya materi. Adapun orang mukmin kemuliaan itu saat Allah memuliakannya dengan ketaatan dan mendapat taufiq-Nya, yang di akhirat nanti akan mendapatkan pahala. Jika diberi keluasan materi dunia, maka orang mukmin akan memuji dan bersyukur kepada-Nya.
Masih menurut al-Qurthubi, kedua ayat tersebut merupakan sifat seluruh orang kafir. Adapun kebanyakan orang muslim menganggap bahwa apa yang Allah berikan kepadanya karena kemuliaan dan keutamaan di sisi Allah. Bahkan, dengan kebodohannya berkata:
"Jika bukan karena ini, tentu Allah tidak akan memberikannya kepadaku". (Syamsudin al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], Jus XX halaman 51).
Penjelasan al-Qurthubi di atas secara gamblang menjelaskan bahwa persepsi yang menganggap materi duniawi merupakan standar kesuksesan atau kemuliaan adalah keliru, sekalipun itu anggapan kebanyakan orang.
Kelapangan rezeki bukan berarti kemuliaan dari Allah, melainkan bentuk cobaan dari-Nya, Sebagaimana dijelaskan oleh Ar-Razi dalam tafsirnya:
"Dalam kedua ayat tersebut menggunakan redaksi "ibtila" (cobaan) padahal ayat pertama tentang kelapangan rezeki, sedangkan ayat kedua tentang rezeki yang sempit (faqir), kedua-duanya adalah cobaan. Cobaan, apakah mau bersyukur atau malah mengkufurinya jika dilapangkan rezekinya; dan apakah sabar atau putus asa saat rezekinya sempit". (Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya’: 1420 H], juz XIII, halaman 651).
Lebih lanjut Al-Baidhawi menjelaskan bahwa kefakiran terkadang mendatangkan kemuliaan dunia akhirat. Dalam tafsirnya beliau mengatakan: