Bogor Times -Olahraga tak hanya menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Namun olahraga juga memiliki nilai-nilai yang juga menjadi perhatian agama Islam.
Dalam agama Islam, olahraga disebut bagian dari iman salah satunya termaktub dalam buku yang menarik diceritakan dan menjadi bacaan edukatif bagi masyarakat Indonesia khususnya para warga Pasundan.
Di bawah ini adalah pentingnya olah raga dalam agama Islam yang diceritaka dalam bukum “Dongeng Enteng ti Pasantren,” karya Rahmatullah Ading Afandie atau biasa disingkat RAF.
Baca Juga: Twibbon Hari Olahraga Nasional 2021, Ayo Meriahkan Dengan Sebar Twibbon Ke Medsos
Baca Juga: Inilah Sejarah Hari Olahraga Nasional Yang Perlu Terlihat
Baca Juga: Mengapa Harus Berfikir Positif? Perlu Kekuatan Berfikir Positif
Buku ini menceritakan tentang pentingnya olahraga. Tidak main-main, menurut dia, berdasarkan ucapan ajengan (istilah kiai di Sunda), menyebut olahraga sebagai bagian dari iman.
"Ari olahraga teh, eta sabagian tina iman. Ku Gusti Allah urang teh dipaparin badan. Tah eta badan teh ku urang kudu diriksa, sangkan sehat. Salian ti ku dahar, ngariksa badan teh kudu ku olah-raga, sangkan sehat." (halaman 45).
(Olahraga itu sebagian dari iman. Allah telah memberi kita badan. Pemberian itu harus dijaga agar sehat. Selain makan, badan harus dijaga dengan olahraga agar sehat).
Baca Juga: Indonesia Akan Kehilangan Aset Jika Jadi Pindah
Baca Juga: Artis Nafa Urbach Ditagih Pinjol?
Baca Juga: Tiga Tahun Menjadi Gubernur DKI Harta Kekayaan Anies Naik Dua Kali Lipat
pada buku tersebut dikisahkan, ajengan turut serta dalam permainan sepak bola bersama santrinya. Ia memakai sarung yang digulung lebih dari biasanya sehingga tampak celana sontognya (celana) yang panjangnya sampai ke betis, biasa digunakan di pesantren-pesantren Sunda.
Pernah ajengan tersebut bermain sepak bola. Pada sebuah kejadian, ia tersungkur hingga ke pinggir lapangan oleh pemain lawan, yaitu santrinya sendiri. Ajengan sampai menderita sakit beberapa hari. Santri yang melakukan tindakan itu dimarahi santri senior. Bahkan isteri ajengan sampai mendatangi santri tersebut dan memarahinya.
Lalu bola milik santri itu disitanya. Ajengan juga sempat marah kepada para pelaku. Tapi beberapa hari kemudian, Ajengan meminta maaf kepada pelaku. Menurutnya, dia dan santri itu sama-sama pemain di lapangan. Dan itulah risikonya ketika bermain sepak bola. (halaman 44)