Bogor Times- Ibadah merupakan aktivitas yang dilakukan semata mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Akan tetapi ibadah bukan hanya segala sesuatu yang diwajibkan Allah kepada manusia, seperti Shalat, puasa, zakat dan haji, akan tetapi bisa dengan segala perbuatan baik yang di ridhai Allah SWT.
Sebagian manusia masih beranggapan bahwa ibadah merupakan media agar dikabulkan segala keinginanya atau mendapat balasan- balasan lain.
Baca Juga: Menteri Sosial Sampaikan Data Penerima Bantuan Sosial Aman.
Memang, balasan-balasan yang dijanjikan oleh Allah tersebut didukung dengan fakta yang terjadi, seperti kisah-kisah yang pernah dialami seseorang yang kemudian menjadi motifasi untuk menggerakkan tubuh ini, melakukan ibadah dan berbuat baik.
Sebagai contoh adalah shalat tahajjud, jika diistiqamahkan akan membuat seseorang serba diberi kenikmatan, bebas dari kesusahan dan terkabulnya hajat keinginan. Tentu saja, setelah dikuatkan dengan kisah-kisah yang disampaikan oleh orang-orang shaleh misalnya, akan membuat seseorang rajin melakukan shalat tahajjud dengan tujuan agar hajat keinginannya segera dikabulkan oleh Allah.
Itu semua tidaklah salah, namun terdapat sisi bahaya yang mana pada tingkat yang paling parah adalah timbulnya keyakinan bahwa, segala kesempitan dan kesusahan serta dikabulakannya hajat disebabkan oleh shalat tahajjud yang rajin ia lakukan.
Baca Juga: Mythomania dan Muktamar NU 'Menjaga Lintas Batas Warga NU dan Oponturir NU'
Adapun kasus yang lebih umum terjadi, taqwa kepada Allah dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya hanya dijadikan ajang untuk mendapatkan kenikmatan surga dan menghindarkan diri dari jurang-jurang neraka saja. Sehingga timbul anggapan bahwa hanya dengan ibadah, seseorang akan mendapatkan surga dan dibebaskan dari neraka.
Anggapan inilah yang kemudian menjadi motifasi kuat bagi seseorang untuk melakukan ibadah sebanyak mungkin. Jika diibaratkan ini layaknya bisnis, seolah kita bekerja untuk Allah, melakukan shalat, menuaikan puasa, dan menghindari maksiat, demi mendapatkan imbalan surga, atau imbalan-imbalan lain, baik yang diberikan di dunia atau di akhirat nanti.
Dari penjelasan di atas istilah kasarnya adalah mempertuhankan ibadah, menomorduakan Allah Swt. Inilah salah satu bentuk kekufuran yang bisa saja tak disadari sudah meracuni keimanan. Memang tipu daya syetan bisa sampai taraf yang demikian, hingga ibdahpun bisa dijadikan godaan.
Baca Juga: Awas, Jangan Tidur Sembarangan Waktu.
Lantas bagaimana aqidah yang benar dalam masalah ini?
Syeikh Al-Bajuri dalam “Jauhar at-Tauhid” mengatakan:
فإن يثبنا فبمحض الفضل ** وإن يعذب فبمحض العدل
Jika Allah memberi kita pahala, maka itu karena anugerah-Nya. Dan jika di memberi kita siksa, maka itu adalah bentuk keadilan-Nya”.
Artikel Terkait
Kades Kebal Hukum Sukses Penjarakan Warga, Usai Lolos Kasus Perzinahan, Oknum Kades Jebloskan Warga ke Tahanan
Imam Al-Ghazali Mendapatkan Pelajaran Berharga dari Penyamun
30 September , Tiga Bos Baru PDAM Dilantik
Menteri Sosial Sampaikan Data Penerima Bansos Aman.
Dirjen KI kemenkumham Turun Tangan, Selesaikan Group Warkopi