• Kamis, 21 November 2024

Fahami Pendapat Imam Taqiyuddin, Tiga Tingkatan Hukum dalam Fiqih

- Minggu, 2 Januari 2022 | 02:04 WIB
Tingkatan Hukum (Bogor Times)
Tingkatan Hukum (Bogor Times)

Bogor Times-Banyak penghafal kitab suci justru melenceng dari ajaran agamanya. Tak Agama Islam.

Menghafal Al Quran dan Sebatas pemahaman tentak ilmu Al-quran tak akan sempurnah tanpa mempelajari ilmu Fiqih.

Karena, umat Islam menyadari pentingnya posisi Ilmu FIqih.

Baca Juga: Cibir Anies, Ferdinand Hutahaean: Jangan Mimpi Jadi Presiden

Berkaitan dengan hal tersebut. Hukum-hukum fiqih di tangan para ulama memiliki tingkat dalam penerapannya. (Ilustrasi: meydan.tv)

Fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan perilaku manusia (amaliah) yang digali oleh ulama mujtahid dari dalil-dalil yang menjelaskan. Hal ini sebagaimana dijelaskan para ulama ahli fiqih dan ushul fiqih, misalnya yang ditulis Imam Taqiyuddin as-Subki dalam Jam'ul Jawami' [juz 1, ha. ]:

الفقه العلم الأحكام الشرعية العملية المكتسب الأدلة التفصيلية

Dari definisi ini, hukum syariat yang terkait dengan keyakinan (aqidah) tidak termasuk fiqih. Demikian pula hukum syariat yang qath'i seperti kewajiban shalat lima waktu bukan termasuk fiqih karena bukan hasil ijtihad.

Baca Juga: Waspada Sampo Palsu, Polisi Amankan Barang Palsu Senilai Rp 4,7 M

Hukum-hukum fiqih di tangan para ulama memiliki tingkat dalam penerapannya. Imam As-Subki dalam Al-Fatawa (Kumpulan Fatwa) [Juz 3, hal. 269-271] membaginya menjadi tiga tingkat. Pertama, hukum fiqih yang masih berada dalam konsep umum (kulli) sebagaimana tertera dalam kitab-kitab fiqih. Hukum-hukum fiqih dalam tingkatan ini belum menyentuh masalah atau kasus (waaqi'ah) secara khusus atau faktual. Konsep-konsep umum ini dapat kita temukan dari para ulama ahli fiqih yang menulis karya-karya fiqih (mushannif) dan yang mengajarkan ilmu fiqih (mu'allim) serta yang diperoleh para pelajar fiqih (muta'allim/mutafaqqih). Di tangan mereka fiqih adalah konsep yang umum atau umum. Imam As-Subki berkata:

لي لأن احبه لية امها ا المصنفين المعلمين المتعلمين

Kedua, hukum fiqih yang sudah membahas masalah atau kasus khusus. Inilah yang dilakukan para ulama yang berfatwa (mufti). Mufti saat berfatwa akan berkata, “hukum syariat dalam masalah ini adalah…”.

Sedangkan para ulama ahli fiqih dalam peringkat pertama demikian. Mereka hanya menyebutkan hukum dalam masalah yang umum atau umum. Imam As-Subki berkata:

الله الواقعة ا لاف الفقيه المطلق المصنف المعلم لا ل الواقعة ل الواقعة الفلانية

Dalam mengeluarkan fatwa, seorang ahli fiqih tidak cukup hanya menguasai fiqih secara konsep baik hukum maupun dalilnya. Namun juga harus mengetahui tashawwur (gambaran) atas realitas masalah yang diajukan. As-Subki berkata:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Usman Azis

Sumber: NU Online

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Penjelasan Ilmu Fiqih, Tinggalkan Sholat Karena Tidur

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:14 WIB

Mengenal Makna Udzur Sholat Dalam Ilmu Fiqih

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:06 WIB

Hukum Nikahi Sepupu

Minggu, 6 Oktober 2024 | 07:28 WIB

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB
X