Bogor Times-Ada kalanya ibadah seseorang diterima Allah ada ada pula yang tertolak. Seperti salah seorang waliyulah bernama Ali bin Muwaffiq.
Orang terpilih ini digambarkan dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin karya lam Imam Abu Hamid Al-Ghazali sebagai berikut:
Diceritakan bahwa pada suatu masa ia menunaikan ibadah haji. Ketika sampai pada malam Arafah, ia tertidur di Mina tepatnya di Masjid Khif karena keletihan.
Baca Juga: Simak Panduan Sholat Idhul Adha Persi Kemenag
Baca Juga: Wow! Harga Jabatan Kepala Daerah Tingkat Dua Rp 20-30 M
Baca Juga: Sering Padam Tanpa Pemberitahuan, Warga Bogor Keluhkan PLN
Di mimpinya ia melihat dua malaikat turun dari langit. Keduanya mengenakan pakaian berwarna hijau. Ia mendengar betul percakapan keduanya. “Sahabatku,” kata satu malaikat. “Labbaik wahai sahabatku,” jawab temannya.
“Tahun ini berapa orang yang mengunjungi rumah Tuhan?” “Wah, aku nggak tahu.”
“Yang berhaji tahun ini sebanyak 600.000 orang. Tahukah kamu berapa dari mereka yang hajinya diterima Allah?” “Aku juga nggak tahu.”
“Hanya 6 orang.”
Kedua malaikat itu pun kemudian naik kembali ke langit. “Keduanya lenyap dari pandangan mataku,” kata Ali.
Ia kemudian terbangun. Betapa kagetnya ia atas percakapan yang didengarnya di mimpinya barusan.
Ali bimbang bukan kepalang. Hatinya gamang. Percakapan malaikat tersebut masih saja terngiang di kepalanya. “Kalau hanya 6 orang jamaah yang diterima, apakah aku termasuk di 6 orang tersebut?” dalam hati ia bertanya-tanya.
Ali kemudian bergerak meninggalkan Arafah dan singgah untuk melebur bersama lautan jamaah haji pada Masy’aril Haram yaitu Arafah, Mudzdalifah, dan Mina.
Di tengah hamparan ratusan ribu manusia itu pikirannya terusik kembali. Ia mulai berpikir soal ketimpangan jumlah orang yang diterima dan ditolak hajinya.