Bogor Times - Provinsi Suwayda di Suriah selatan, yang selama ini dianggap sebagai basis dukungan untuk rezim Bashar al-Assad, kini menjadi lokasi protes besar-besaran. Protes ini dimulai pada akhir Agustus 2023 setelah pemerintah mencabut subsidi bahan bakar dan pelumas.
Protes-protes ini telah berlangsung selama dua minggu dan melibatkan ribuan orang. Para pengunjuk rasa menuntut pengembalian subsidi, penurunan harga, dan penuntutan terhadap pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas korupsi dan pelanggaran HAM.
Protes-protes ini merupakan tanda kemunduran yang signifikan bagi rezim Assad. Selama lebih dari satu dekade, rezim Assad telah berhasil mengendalikan wilayah Suwayda dengan tangan besi. Namun, protes-protes ini menunjukkan bahwa rakyat Suriah semakin tidak puas dengan pemerintahannya.
"Situasi rezim Assad sangat buruk. Sangat lemah, terutama di Suez," ujar salah satu pengunjuk rasa, yang namanya tidak ingin disebutkan oleh DW karena alasan keamanan. Menurutnya, orang-orang di sini sudah lama ingin menggelar aksi seperti ini, namun pihak keamanan tidak mengizinkannya.
Protes-protes ini dipicu oleh keputusan pemerintah mencabut subsidi bahan bakar dan pelumas pada 15 Agustus 2023. Keputusan ini menyebabkan harga bensin naik dua kali lipat. Harga bahan pokok lainnya juga naik tajam.
Selain itu, protes-protes ini juga dipicu oleh faktor-faktor lain, seperti korupsi yang merajalela, pengangguran yang tinggi, dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
"Protes tidak akan berhenti, tidak peduli seberapa besar rezim Assad menginginkannya," kata dia lagi.
Protes-protes ini telah menyebabkan kemacetan lalu lintas di beberapa kota di Suwayda. Para pengunjuk rasa juga telah membakar beberapa kantor pemerintah dan kendaraan militer.
Protes-protes ini juga telah menyebabkan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional. Para diplomat dan aktivis hak asasi manusia khawatir bahwa rezim Assad akan menggunakan kekerasan untuk membubarkan protes-protes ini.
"Kami berada di sini karena lebih dari setengah juta warga Suriah berada di penjara-penjara Assad. Kami memprotes pembunuhan yang menjadi tanggung jawab pemerintah, harga-harga yang tinggi dan pemerasan oleh aparat keamanan di pos-pos pemeriksaan," ujar seorang demonstran dari Daraa.
Rezim Assad telah mengerahkan pasukan keamanan untuk membubarkan protes-protes ini. Namun, para pengunjuk rasa tetap bertahan.
Rezim Assad juga telah melakukan upaya diplomatik untuk meredam protes-protes ini. Namun, upaya ini sejauh ini belum berhasil.
Protes-protes di Suwayda memiliki potensi untuk menyebar ke wilayah lain di Suriah yang dikendalikan oleh rezim Assad. Jika hal ini terjadi, maka akan menjadi pukulan telak bagi pemerintahan Assad.
Protes-protes di Suwayda adalah tanda bahwa rezim Assad semakin terdesak. Jika rezim tidak mampu mengatasi protes-protes ini, maka ia dapat kehilangan kendali atas wilayah-wilayah penting di Suriah.
Suku Druze adalah minoritas yang signifikan di Suriah. Mereka adalah pemeluk agama monoteistik yang berasal dari Lebanon. Suku Druze memainkan peran penting dalam protes-protes di Suwayda.