Bogor Times - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menegaskan bahwa pihaknya tidak akan rugi jika opsi penghentian penjualan minyak goreng di toko ritel dilakukan. Namun, hal tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
Hal ini disampaikan Roy menanggapi pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang menyatakan Aprindo akan rugi jika produk minyak goreng tidak dijual di 45.000 gerai milik pengusaha yang tergabung dalam Aprindo.
"Bukan kitanya yang rugi tapi produsennya yang nyetop karena mereka yang rugi. Itu tidak membuat kerugian," ujar Roy dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa,5 September 2023.
Roy menjelaskan, selama ini Aprindo tidak mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan minyak goreng dan bahan-bahan pokok lainnya. Sebab, produk-produk tersebut merupakan produk penjualan yang bersifat traffic puller atau produk yang dijual untuk menarik jumlah pengunjung.
"Minyak goreng dan bahan-bahan pokok lainnya hanya menjadi pelengkap saja. Jadi, kalau tidak ada, ya tidak apa-apa," kata Roy.
Roy menambahkan, opsi melakukan penyetopan penjualan minyak goreng di toko ritel masih ada jika Kementerian Perdagangan belum mau membayarkan utangnya ke Aprindo.
"Kami masih menunggu itikad baik dari Kemendag untuk membayar utangnya. Kalau tidak, kami akan melakukan opsi tersebut," tegas Roy.
Sejumlah pengamat menilai bahwa opsi penghentian penjualan minyak goreng di toko ritel akan menimbulkan gejolak di masyarakat.
"Ini akan menjadi bumerang bagi pemerintah. Masyarakat akan marah dan tidak terima jika minyak goreng tidak bisa lagi dibeli di toko ritel," kata pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Adi Prayitno.
Adi mengatakan, pemerintah seharusnya fokus untuk mengendalikan harga minyak goreng agar tetap terjangkau oleh masyarakat.
"Pemerintah harus mencari solusi lain untuk mengatasi masalah minyak goreng, bukan malah menghentikan penjualannya di toko ritel,"jelas Adi.