Bogor Times-Dana zakat dibuktikan oleh salah satu lembaga filantropi, Sinergi Foundation tak hanya didistribusikan untuk kebutuhan konsumtif. Namun juga bisa diberdayakan melalui program jangka panjang seperti Fish Bank.
Dua desa dijadikan lokasi program Fish Bank Sinergi Foundation ini. Yakni di Desa Bomo dan Desa Badean, Kabupeten Banyuwangi, Jawa Timur sejak 2019.
"Fish Bank berjalan sejak tahun 2019. Di Banyuwangi, tepatnya di dua desa, Desa Bomo dan Desa Badean. Dan berjalan sudah sampai sekarang di tahun 2024," jawab manajer program Fish Bank, Yuyu Wahyudin saat dihubungi via WhatsApp, Senin (29/4).
Baca Juga: Ponpes Miftahul Ulum As- Syifa Yayasan Muinatul Wathoniyyah Cogreg, Telurkan Ratusan Penghafal Quran
Dana zakat yang menggerakkan program pemberdayaan Fish Bank ini dikatakan Yuyu sifatnya jangka panjang. Berupa melalui perbaikan konservasi hingga ekosistem laut.
"Jadi secara esensinya Fish Bank bukan untuk menyelesaikan masalah mustahik (penerima manfaat) untuk hari ini, tapi untuk jangka panjang. Melalui perbaikan konservasi, ekosistem laut, yang nanti hasilnya bisa meningkatkan pendapatan nelayan di masa depan," lanjut Yuyu.
Sebelum adanya program Fish Bank dari Sinergi Foundation ini, Yuyu menceritakan bahwa kondisi konservasi lingkungan belum berjalan. Bahkan dari sisi nelayannya, belum terorganisir.
Baca Juga: 4 Profesi Berkaitan dengan Zakat Menurut Al Mawardi
Permasalahan lain seperti kekeliruan dalam penangkapan menjadi pekerjaan rumah program Fish Bank yang berdampak pada penghasilan nelayan yang rata-rata tangkapan ikannya hanya 17 kg/bulan dengan penghasilan hanya Rp400 ribu/bulan.
"Fish bank Indonesia membuat modul Fishbank Bamboo dari dana zakat yang menjadi jawaban atas problem lingkungan, yaitu rusaknya terumbu karang. Problem tersebut adalah awal dari problem lainnya, seperti masalah ekonomi yang melanda nelayan. Program lain bantuan UMKM Nelayan, dibiayai juga oleh dana zakat yang maslahatnya lebih luas," terangnya.
Lantas setelah Fish Bank berjalan, lambat laun edukasi dan pelaksanaan konservasi lingkungan mulai berjalan. Bahkan secara kelompok nelayan saat ini mulai terorganisir yang secara linear meningkatkan sumber daya manusianya sendiri.
Yang paling signifikan yakni jumlah tangkapan ikan naik menjadi 80kg/bulan dengan rata-rata penghasilan Rp2.5 juta/bulan.
"Tapi setelah adanya program Fish Bank dengan pendampingan, konservasi berjalan, organisasi kelompok nelayan berjalan, sehingga berdampak maslahat kepada peningkatan kinerja individu maupun kelompok. Bahkan bukan hanya dari sisi lingkungan, sumber daya manusianya juga meningkat," sambung dia.
Saat disinggung dampak bagi keberlanjutan penghidupan nelayan, Yuyu menjelaskan saat ini Fish Bank sedang dalam tahap penguatan "Desa Wisata Bahari". Hal ini diniatkan agar dari sisi ekonomi nelayan mampu mandiri.