Bogor Times- Kondisi David, korban penganiayaan tersangka Mario Dandy Satriyo, anak eks pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Jakarta Selatan II mulai jelas.
Saat dikonfirmasi, rekan ayah korban sekaligus anggota Bidang Cyber dan Media PP GP Ansor, Ahmad Taufiq menjelaskan kondisi David yang menurut dokter terkena diffuse axonal injury (DAI). Hal itu menyebabkan David hingga kini belum sadarkan diri meskipun sudah bisa merespons suara dan sudah ada respons gerak.
Dokter spesialis bedah, Asa Ibrahim Zainal Asikin menuturkan, DAI termasuk cedera kepala yang parah terjadi saat ada benturan benda tumpul yang sangat keras (high energy injury) pada kepala outcome orang dengan DAI bervariatif.
Baca Juga: Kapolda Metrojaya Turun dalam Asistensi Gelar Perkara Kekejaman Anak Mantan Pejabat Pajak
"Beberapa bisa baik, banyak yang kurang baik. Beberapa sangat jelek," tulis dokter Asa Ibrahim lewat twitternya, @asaibrahim, Sabtu (25/2/2023).
Kondisi ini, kata Asa memerlukan terapi yang dilakukan mulai dari belajar menggerakkan tubuh dan belajar mengendalikan emosi.
"Belajar bicara, berpikir dan fungsi lain seperti belajar makan, pake baju, buang air, dan fungsi sehari-hari lain yang sangat mungkin terdampak. Tidak lupa juga belajar untuk mengendalikan emosi dan bersikap," ujarnya.
Baca Juga: Pesantren Dibogor Kompak Doakan David, Korban Anak Pejabat Pajak
Asa menjelaskan bahwa setiap orang punya sistem saraf unit fungsional terkecil yang bernama neuron. Ada macam-macam bagian pada DAI, yang cedera adalah axonnya yakni bagian dari sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu sama lain.
"Ada lebih dari 16 Miliar neuron di otak kita," terang dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Menurut Asa, DAI tidak terjadi jika tidak ada benturan yang luar biasa keras pada kepala yang bisa menyebabkan puntiran, tarikan, atau gerak akselerasi-deselerasi berat pada kepala dan menyebabkan robekan pada Axon dalam jumlah yang besar dan anak (Diffuse).
"Dampaknya, otak dan tubuh kita berfungsi saat ada koneksi antar neuron/saraf yang bermiliar-miliar itu satu sama lain. Kesadaran, gerakan, berpikir, melihat, bicara, emosi, empati, dan sebagainya semua karena ada hubungan antarsaraf," jelasnya.
Lebih lanjut, Dokter Asa membeberkan, DAI memiliki dampak yang sangat variatif terhadap fungsi otak penderitanya. Semakin luas semakin parah, semakin berat benturannya semakin parah banyak yang kehilangan kesadaran, sulit berpikir, lumpuh, sulit bicara, emosi tidak stabil, tidak bisa melihat atau mendengar dan sebagainya.
"Problem utama pada kasus DAI terapinya adalah suportif/mendukung saja dengan oksigen, obat-obatan. Pokoknya bagaimana caranya nggak jadi tambah parah," jelasnya.
Menurut dokter Asa, pada kasus akut (awal kejadian sampai beberapa hari) target pengobatan yang paling utama adalah mempertahankan kondisi otak dan mencegah kerusakan otak lebih lanjut (secondary brain injury).
"Jadi cederanya bukan hanya saat benturan tapi sangat mungkin setelahnya juga akibat hipoksia/hipertensi cranial. Jika sudah melalui fase akut/awal, penderita sudah membaik dan kesadarannya bisa membaik," kata dia.