Bogor Times-Pengangguran anak muda di China telah mencapai tingkat mengkhawatirkan dan menjadi masalah serius bagi anak muda dan pembuat kebijakan di negara itu.
Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh Profesor Yao Lu dan rekan-rekannya, diperkirakan sekitar seperempat lulusan perguruan tinggi di China menganggur.
Situasi ini semakin diperparah oleh kenyataan bahwa banyak lulusan perguruan tinggi terpaksa menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan pelatihan dan kredensial mereka, semata-mata untuk menghindari pengangguran.
Penelitian dari Universitas Stanford juga menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi yang memulai karier selama resesi atau penurunan ekonomi akan menghadapi penghasilan yang lebih rendah selama setidaknya 10-15 tahun dibandingkan dengan mereka yang lulus selama periode ekonomi yang lebih baik.
Penting bagi pemerintah China untuk mengatasi masalah pengangguran ini dengan serius.
"Diperlukan langkah-langkah kebijakan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara pendidikan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja,"ungkap profesor.
Hal ini akan memungkinkan lulusan perguruan tinggi untuk lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja yang memadai.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah pengangguran sarjana di China, dapat dibaca artikel detikfinance berjudul "Pengangguran Sarjana di China Melesat hingga Tembus Rekor,"singkat Yao Lu