• Kamis, 21 November 2024

China Melarang Impor Makanan dari Sejumlah Prefektur Jepang untuk Keamanan Konsumen

- Senin, 10 Juli 2023 | 19:15 WIB
ilustrasi bendera china  (https://pixabay.com/)
ilustrasi bendera china (https://pixabay.com/)

Bogor Times-China akan memperketat pengawasannya terhadap makanan dari Jepang dan mempertahankan pembatasan pada beberapa impor Jepang, kata pemerintah pada Jumat, 7 Juli 2023. Keputusan ini diambil setelah Jepang memutuskan untuk membuang air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima yang mengalami kegagalan akibat gempa bumi hebat pada tahun 2011 ke Samudera Pasifik.

Rencana pembuangan air radioaktif Jepang ini telah menghadapi penolakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jepang meyakinkan bahwa pembuangan air radioaktif tersebut akan dilakukan dengan aman dan sesuai dengan standar global.

Administrasi bea cukai China menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan meningkatkan pemantauan terhadap produk, terutama makanan laut, dan membatasi produksi dari seperlima prefektur di Jepang untuk alasan keamanan.

China segera melarang impor makanan dan produk pertanian dari lima prefektur Jepang setelah bencana tahun 2011. Kemudian, larangan tersebut diperluas menjadi 12 prefektur sebelum akhirnya dua di antaranya dicabut.

"Pemerintah China akan memperketat pengawasan dan melakukan pemeriksaan ketat terhadap sertifikat impor makanan, terutama produk air, dari prefektur Jepang yang tidak terkena larangan," demikian pernyataan pemerintah, dengan menekankan bahwa pembatasan pada 10 prefektur masih tetap berlaku.

Kementerian Luar Negeri China juga menyatakan pada hari Kamis bahwa laporan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak dapat dijadikan sebagai "lampu hijau" untuk rencana pembuangan air tersebut. Mereka mengingatkan akan adanya risiko yang tidak diketahui terhadap kesehatan manusia.

China akan tetap melarang impor makanan dari sekitar seperlima prefektur Jepang untuk alasan keamanan. Pihak bea cukai China pada Jumat, 7 Juli 2023, melaporkan bahwa pelarangan ini disebabkan oleh langkah Jepang untuk membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut.

Berdasarkan pernyataan dari pihak bea cukai, sebagai negara pembeli terbesar ekspor makanan laut Jepang, China akan memeriksa dokumen makanan dengan ketat, terutama produk akuatik dari Jepang. Bea Cukai China akan terus memperkuat deteksi dan pemantauan zat radioaktif untuk memastikan keamanan makanan yang diimpor dari Jepang, sambil melarang impor makanan dari 10 prefektur.

Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah ekspor makanan Jepang yang terkontaminasi radioaktif ke China dan melindungi keamanan pangan bagi konsumen China.

Sebagai respons terhadap keputusan Jepang untuk membuang air radioaktif, China secara terang-terangan menyatakan penolakannya selama berminggu-minggu. Badan pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional, memberikan lampu hijau kepada Jepang untuk membuang lebih dari satu juta ton air, yang digunakan untuk mendinginkan batang bahan bakar di pabrik yang rusak akibat tsunami pada tahun 2011.

Namun, Bea Cukai China menyatakan bahwa laporan tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan pandangan semua ahli yang terlibat dalam proses penilaian, dan tidak ada konsensus di antara para ahli mengenai simpulan tersebut.

Sebelumnya, muncul laporan bahwa warga Korea Selatan melakukan 'panic buying' dengan memborong stok garam di toko-toko karena Jepang berencana membuang air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Fukushima ke laut. Namun, pihak Jepang telah berkali-kali menegaskan bahwa air limbah yang dibuang telah melalui proses penyaringan untuk menghilangkan sebagian besar isotop radioaktif, meskipun masih mengandung jejak tritium. Tritium merupakan isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Febri Daniel Manalu

Tags

Rekomendasi

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB
X