Bogor Times-"Insiden tragis yang menewaskan Bripda IDF di lingkungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri disebabkan oleh kelalaian dalam mengeluarkan senjata dari tas,"ungkap Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan. Tidak ada pertengkaran, peristiwanya adalah kelalaian pada saat mengeluarkan senjata sehingga senjata meletus dan mengenai anggota lain di depannya,"ujar karo penmas"
Pihak berwenang bekerja sama dengan Polres Bogor untuk melakukan pendalaman lebih lanjut terkait peristiwa ini," sambungnya,"kata karopenmas.
Dalam sebuah unggahan akun media sosial @kamidayakkalbar, terlihat jenazah Bripda IDF yang tergeletak di dalam peti mati dengan dugaan luka bekas tembakan di belakang telinga. Meski demikian, Brigjen Ahmad Ramadhan menekankan bahwa informasi tersebut masih harus diverifikasi melalui hasil penyelidikan dan penyidikan yang sedang berlangsung.
Kepolisian akan terus mengupdate perkembangan kasus ini secara resm.Publik diimbau untuk tetap tenang dan menunggu informasi dari pihak berwenang terkait hasil penyelidikan dan penyidikan kasus penembakan yang menyebabkan meninggalnya Bripda IDF.
"Insiden ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya keamanan dan protokol keselamatan dalam penanganan senjata api. Penggunaan senjata harus dilakukan dengan hati-hati dan disiplin yang tinggi agar terhindar dari risiko kecelakaan yang bisa berakibat fatal. Semoga proses penyelidikan dan penyidikan yang berlangsung dapat memberikan kejelasan atas insiden ini serta menghindari kejadian serupa di masa mendatang,"tambah jendral.
Selain itu, Brigjen Ahmad Ramadhan juga menegaskan bahwa Bripda IDF, Bripda IMS, dan Bripka IG, yang terlibat dalam insiden tersebut, merupakan anggota dalam kesatuan yang sama, yaitu Densus 88 Antiteror Polri. Meskipun demikian, proses penyelidikan dan penyidikan akan dilakukan secara profesional dan objektif oleh pihak Densus 88 dan Polres Bogor.
"Kasus ini telah menciptakan duka mendalam di kalangan anggota Densus 88 Antiteror Polri serta keluarga dan rekan-rekan korban. Mereka berharap bahwa proses penyelidikan dan penyidikan yang sedang berlangsung dapat memberikan keadilan bagi Bripda IDF dan keluarganya,"tambah dia.
"Selain itu, peristiwa tragis ini juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelatihan dan penegakan protokol keselamatan dalam penanganan senjata api. Anggota kepolisian, terutama yang bertugas dalam unit khusus seperti Densus 88 Antiteror Polri, harus selalu diingatkan tentang kedisiplinan dan kehati-hatian dalam mengoperasikan senjata, menghindari risiko yang dapat membahayakan diri mereka sendiri dan anggota lainnya,"ujar Brigjen.
Selain penyelidikan dan penyidikan yang sedang berlangsung, diharapkan juga ada upaya preventif untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan. Seluruh anggota kepolisian harus mendapatkan pelatihan yang memadai, serta mengedepankan ketaatan terhadap aturan dan etika dalam penggunaan senjata api.