Bogor Times-Setelah Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan jajaran elite Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kantor DPP PSI pada Rabu,2 Agustus 2023 tentu hal ini mengundang perhatian dalam dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden 2024. Prabowo mengungkapkan keinginannya untuk mengajak semua kekuatan merah-putih dan kekuatan Indonesia secara keseluruhan untuk bekerja sama.
Di sisi lain, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, menyatakan bahwa partainya belum menentukan secara pasti siapa calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pilpres 2024. Meskipun demikian, Grace memberikan petunjuk bahwa PSI ingin melihat adanya kelanjutan pembangunan dan kebijakan yang telah dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Grace mengungkapkan bahwa Prabowo telah menyatakan komitmen untuk meneruskan agenda pembangunan yang telah dijalankan oleh pemerintahan sebelumnya. "Ada niatan baik dari Pak Prabowo komitmen untuk melanjutkan apa yang sudah Pak Jokowi perjuangkan, dan itu tentunya membuat kami lega dan senang bahwa Indonesia ke depan akan cerah,"ucap Grace pada kesempatan yang sama Selasa,7 Agustus 2023.
Pernyataan Grace ini menunjukkan adanya pertimbangan serius dari PSI dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2024. Meskipun belum mengambil keputusan pasti, partai ini tampaknya membuka peluang untuk menjalin kerja sama dengan kekuatan politik lainnya, termasuk Prabowo Subianto.
Dinamika politik semakin kompleks menjelang Pemilihan Presiden 2024, dan langkah-langkah seperti ini akan menjadi sorotan dalam perkembangan politik nasional. Perubahan sikap dan upaya membangun konsensus dapat menjadi faktor yang signifikan dalam menentukan arah politik Indonesia di masa depan.
Sementara itu,Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dwi Kundoyo dan Estugraha, secara resmi mengumumkan pengunduran diri mereka dari partai PSI. Keputusan ini diambil sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap dukungan PSI terhadap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, terutama dalam konteks Pemilihan Presiden 2024.
Dwi Kundoyo, yang sebelumnya merupakan calon legislator DPRD DKI Jakarta dari PSI, menyatakan bahwa alasan utama pengunduran dirinya adalah tidak bisa menerima dukungan partainya terhadap Prabowo Subianto dalam kontestasi presiden mendatang. Dalam pernyataannya, Dwi menyoroti catatan kelam Prabowo pada masa Orde Baru, khususnya terkait dengan kasus penculikan aktivis pro-demokrasi pada era 90-an.
"Dengan penuh kesadaran, melalui kalimat, 'ideologi dibentuk oleh sejarah', saya menyatakan mundur sebagai calon legislator DPRD DKI Jakarta dari PSI,"tegas Dwi Kundoyo dalam sebuah konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Tidak jauh berbeda, Estugraha yang lebih dikenal sebagai Egha, juga mengambil langkah yang serupa. Egha, yang sebelumnya merupakan calon legislator DPRD Kota Bogor dari PSI, mengungkapkan bahwa alasan pengunduran dirinya juga berkaitan dengan keprihatinannya terhadap hubungan PSI dengan Prabowo Subianto.
Menurut Egha, Prabowo memiliki rekam jejak yang kontroversial, termasuk keterlibatannya dalam kasus penculikan dan penggunaan isu SARA serta kelompok radikal dalam pemilihan presiden sebelumnya.
"Dwi mengucapkan pernyataan atas nama saya, 'Prabowo, menurut Egha, memiliki rekam jejak kelam. Terlibat penculikan hingga menggunakan isu SARA dan mengikutsertakan kelompok radikal dan intoleran dalam pilpres 2014 dan 2019'," sampaikan Dwi Kundoyo sebagai perwakilan Egha.
Dwi Kundoyo juga merupakan Sekretaris Jenderal dari kelompok relawan "Ganjarian Spartan," sedangkan Egha menjabat sebagai Wakil Ketua Umum dari kelompok yang sama. Kedua kader ini secara tegas menyatakan bahwa mereka akan memusatkan perhatian dan dukungan mereka pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dalam Pemilihan Presiden 2024