Bogor Times-Pertemuan yang mengejutkan antara Budiman Sudjatmiko, politikus PDIP, dengan Ketua Umum Prabowo Subianto telah menciptakan kehebohan di kancah politik Indonesia.
Dukungan yang diberikan oleh Budiman kepada Prabowo dianggap kontroversial dan berpotensi mengancam posisi PDIP dalam Pilpres mendatang. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kesetiaan dan soliditas partai tersebut. Dalam suasana politik yang semakin panas, tindakan seperti ini menjadi isu yang sensitif dan akan terus menjadi perhatian dalam waktu yang akan datang.
Langkah Budiman ini juga dapat diartikan sebagai perpecahan dalam partai yang memiliki struktur organisasi yang kuat. Dampaknya tak hanya dirasakan dalam konteks internal partai, tetapi juga dalam tataran publik. Dukungan tersebut mengundang perdebatan intens dan spekulasi mengenai alasan di balik langkah tersebut, serta bagaimana hal ini akan berpengaruh terhadap dinamika politik dalam perhelatan Pilpres mendatang.
Dalam suasana politik yang semakin memanas menjelang Pilpres, dukungan seorang politikus terhadap calon presiden dari partai lain menjadi isu yang sangat sensitif. Keputusan Budiman Sudjatmiko untuk memberikan dukungan terbuka kepada Prabowo Subianto telah menciptakan gelombang kegemparan dalam dunia politik Indonesia.
Budiman Sudjatmiko adalah seorang aktivis, penulis, dan politisi Indonesia. Ia dikenal karena peran aktifnya dalam gerakan mahasiswa 1998 yang menggulingkan rezim Orde Baru. Budiman juga merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selama dua periode, dari 2009 hingga 2019.
Pada tahun 2023, Budiman dipecat dari PDIP karena mendukung Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden mendatang. Pemecatan ini merupakan langkah yang mengejutkan bagi banyak orang, karena Budiman telah lama menjadi anggota PDIP dan dikenal sebagai pendukung setia Megawati Soekarnoputri.
Pemecatan Budiman dari PDIP merupakan peristiwa penting dalam politik Indonesia. Peristiwa ini menunjukkan bahwa partai politik tidak bisa lagi mengabaikan suara yang berbeda. Selain itu, peristiwa ini juga menunjukkan bahwa afiliasi politik tidak selalu bersifat permanen.
Apakah Anda mengetahui profil Budiman Sudjatmiko?.Jadi pada tahun 2004, Budiman dan sekelompok aktivis menyatakan afiliasi mereka dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Menurut laporan detikcom pada saat itu, aktivis-aktivis ini termasuk Rahardjo Waluyo Jati (dari PRD), mantan Ketua Pijar Haikal, Akuat Supriyanto, Beathor Suryadi, Masinton Pasaribu (dari Front Perjuangan Pemuda Indonesia), dan Sinyo (dari Gerakan Bersama Rakyat).
Budiman berhasil terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia dari PDIP dalam pemilihan 2009 dan 2014. Selama masa jabatannya, Budiman aktif dalam penyusunan Undang-Undang Desa dan diakui sebagai pahlawan Undang-Undang Desa oleh Asosiasi Pemerintah Desa seluruh Indonesia (Apdesi).
Namun, pada pemilihan 2019, perjalanan politik Budiman menghadapi kendala ketika ia gagal mendapatkan kursi di parlemen. Dalam kesempatan terpisah, Budiman menyatakan bahwa ia tidak berniat mencari masa jabatan lain sebagai wakil rakyat karena sudah dua kali menjabat di DPR.