nasional

Perbedaan Idul Fitri Perlu Disikapi Biasa Saja

Jumat, 21 April 2023 | 14:53 WIB
Tropong Hilal (Pixabay)

Bogor Times- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi' Alielha menanggapi perbedaan awal Syawal atau Hari Raya Idul Fitri 1444 hijriah.

Ia mendorong umat Islam agar bersikap biasa saja dalam merespons perbedaan itu. Sebab perbedaan ini terjadi bukan baru kali pertama, tetapi sudah berkali-kali. Setiap Muslim mesti mengakui bahwa ada perbedaan metode dalam menentukan awal bulan hijriah. 

"Kita ini kan sudah berkali-kali mengalami perbedaan perayaan lebaran atau 1 Syawal. Jadi karena ini sudah berkali-kali harusnya kita sudah bisa menerimanya dan biasa saja," ucap Savic Ali, sapaan karibnya, dalam tayangan galawicara di Metro TV, Kamis (20/4/2023) malam.

Baca Juga: Direktur LPEK Meminta PSSI & PT LIB Diaudit Oleh KPK & PPATK
"Karena memang kita harus akui ada perbedaan metodologi, perspektif, sudut pandang. Itu terbiasa dalam agama. Dalam banyak hal yang lain, perbedaan itu biasa. Maka perbedaan Hari Raya Idul Fitri harus kita sikapi dengan biasa saja," imbuhnya.

Sebab menurut Savic, hal terpenting dari Idul Fitri adalah diperbolehkannya makan di siang hari sehingga disebut hari raya makan-makan. Pada momentum Idul Fitri juga menjadi ajang untuk membersihkan diri, memperkuat tali silaturahim dan ikatan persaudaraan.

"Yang terpenting adalah itu. Bukan kita melebih-lebihkan atau mengeksploitasi perbedaan-perbedaan yang sudah sangat biasa dalam kehidupan riil kita dalam beberapa tahun terakhir," katanya. 

Baca Juga: PBNU Kabarkan 1 Syawal 1444 H Jatuh pada 22 April 2023
Tugas Negara

Menurut Savic, negara atau pemerintah tidak boleh terlalu dalam mencampuri urusan agama warganya. Namun, sesuai mandat konstitusi, negara harus memfasilitasi para pemeluk agama untuk bisa menjalankan keyakinannya. 

Pada konteks Hari Raya Idul Fitri 1444 hijriah ini, kata Savic, negara melalui Kementerian Agama yang mengadakan sidang isbat dan memutuskan awal Syawal merupakan bagian dari melayani dan memfasilitasi warga. Sebab dengan adanya keputusan tersebut, masyarakat jadi punya panduan.


"Kalau di negara lain, suara negara itu satu di beberapa negara Muslim. Tapi di Indonesia, negara itu kan tidak masuk terlalu dalam ke urusan agama. Dengan mengumumkan dan menggelar sidang isbat, itu saya kira sudah tepat," katanya.

Baca Juga: Jaga Situasi Kamtibmas, Polsek Sukaraja Polres Bogor Gelar PAM Operasi Ketupat Lodaya 2023

Savic melanjutkan, negara harus menghormati perbedaan. Meski sudah memutuskan Hari Raya Idul Fitri 1444 H jatuh pada Sabtu (22/4/2023) besok, tetapi negara tetap harus melayani dan memberikan fasilitas kepada sebagian Muslim yang merayakan Idul Fitri pada Jumat (21/4/2023) hari ini.

Sementara itu, intelektual Muhammadiyah Sukidi mengapresiasi spirit negarawan yang ditunjukkan Menag Yaqut. Sebab pemerintah telah memberikan satu teladan dalam bertoleransi dengan menyatakan bahwa perbedaan merupakan bagian dari tradisi Islam yang harus dihormati dan dijunjung tinggi.

"Karena itu, sikap terbaik yang selalu kita kedepankan dalam konteks Indonesia sebagai negara Pancasila adalah spirit toleransi," kata Sukidi.

Baca Juga: 603 Posko GP Ansor Siap Bantu Pemudi

Halaman:

Tags

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB