Bogor Times-Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mendorong semua proses pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang dapat berjalan dengan baik dan lancar. Ia juga berharap Pemilu tidak menimbulkan dampak perpecahan di antara umat.
"Mudah-mudahan proses Pemilu dan proses pilpres berjalan dengan baik lancar. Mudah-mudahan Pemilu yang akan datang fi amnin wa aman," katanya saat menghadiri Al Haflatul Kubro, Hari Ulang Tahun Ke-108 Madrasah, dan Ke-198 Pondok Pesantren, serta Haul Masyayikh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin malam (26/6/2023).
Kiai Said menekankan agar kontestasi politik pada Pemilu 2024 tidak sampai mengorbankan persatuan antarsesama bangsa Indonesia. Ia kemudian mengingatkan pesan KH Muhammad Hasyim Asy’ari, yakni hubbul wathan minal iman (cinta tanah air bagian dari iman).
Pesan ini memberikan makna seruan kepada bangsa Indonesia agar selalu mencintai tanah air. Kepentingan pemilu atau pemilihan presiden (pilpres) tidak boleh menggeser kecintaan bangsa terhadap tanah airnya.
Hal ini penting, karena menurut Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan ini, bangsa Indonesia patut berkaca kepada situasi yang terjadi di negara-negara konflik, termasuk di Timur Tengah yang kerap terjadi peperangan antarsaudara.
"Mari kita bercermin pada Afganistan (terjadi) perang saudara, Suriah sudah 25 tahun, ada Syiah ada Sunni ada Jabhat Al-Nusra, ada ISIS ada Al-Qaeda ada Alawiyin, macam-macam Suriah itu. Saling perang. Di Irak masih, Yaman masih bergejolak. Baru-baru ini, Sudan, antara tentara pasukan elite melawan pemerintah yang sah, tentara juga itu. Perang saudara," ungkapnya.
"Insyaallah Indonesia tidak seperti Timur Tengah, insyaallah. Karena kita punya prinsip, pesan KH Hasyim Asy'ari hubbul wathan minal iman," lanjut Kiai Said.
Lebih jauh, Kiai Said menegaskan, sedari dulu pendiri NU seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, dan muassis yang lain sudah memberikan teladan terkait pentingnya mengedepankan kepentingan ukhuwah atau persatuan saat menghadapi situasi yang bahkan sangat mengancam terjadinya perpecahan.
"Menjaga keamanan, menjaga persatuan menjaga ukhuwah wathaniyah termasuk bagian dari iman. Tidak ada ulama Timur Tengah yang mengatakan seperti ini. Hanya KH Hasyim Asy'ari," terangnya.
Muassis NU merupakan ulama pejuang Islam sekaligus pejuang nasionalis. Dua hal ini tidak pernah terpisahkan dari kiprahnya. Perjuangan semacam itu kemudian diteruskan oleh generasi tokoh-tokoh NU berikutnya, seperti KH Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan tokoh yang lain.
"Dalam satu tarikan napas, satu langkah mempertahankan nilai-nilai Islam dan juga mempertahankan keselamatan dan keutuhan bangsa Indonesia, NKRI," terangnya.***