nasional

Dalil Larangan Berbuat Jujur dalam Kondisi Tertentu

Kamis, 6 Juli 2023 | 21:00 WIB
Kitab Hadis Arbain Nawawi karya Imam Muhyiddin Yahya Bin Syarofiddin Annawawi (Azis/Bogor Times)

Bogor Times -Kita semua pasti menguji bahwa terus terang, berkata benar, dan jujur ​​merupakan sikap terpuji dan layak diteladani. Namun, adakalanya sikap-sikap itu justru dilarang karena membawa bahaya. Contohnya, dalam hal jujur ​​dalam kemaksiatan. Rasulullah SAW pernah:


كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إِلاَّ المُجَاهِرِينَ


Artinya: Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujâhirîn atau orang-orang yang terus terang dalam perbuatan dosa.


وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَد ْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ: يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا


Artinya: Sungguh termasuk terang-terangan melakukan dosa adalah seseorang melakukan dosa pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya padahal Allah telah menutupinya. Lalu dia berkata: Hai Fulan, tadi malam aku telah melakukan dosa begini dan begitu.


وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ. (متفق عليه)


Artinya: Sebenarnya di malam hari Tuhannya telah menutupi perbuatan dosanya itu, tetapi di pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutup oleh Allah. (Muttafaqun 'Alaih).


Jamaah yang Berbahagia

sekilas hadits di atas terasa aneh. Mengapa ketika berbuat dosa dan tidak jujur ​​justru diampuni Allah, sedangkan orang yang jujur ​​tidak mendapat ampunan? Ketidakjujuran dalam kemaksiatan bukan berarti berbohong. Karena ketidakjujuran dalam hadits di atas adalah ketidakjujuran dalam arti tidak menceritakan kesalahan dan dosa.

Setidaknya ada satu alasan penting tentang hal itu. Orang yang melakukan dosa, kemudian jujur ​​dan menceritakan kepada orang lain akan membuka kemungkinan dilakukannya dosa serupa dalam lingkup yang lebih luas. Ketika suatu kemungkaran diumbar begitu saja dan dianggap biasa, maka akan melahirkan gerakan masif untuk melakukan kemungkaran itu. Seperti korupsi, riba, menggunjing, dan kemaksiatan lainnya yang mungkin terasa biasa di sekitar kita. Misalnya, seorang guru yang jujur ​​berkata: Saya dulu pernah melakukan berbagai maksiat, mabuk-mabukan, mencuri, dan berzina, kemudian saya bertaubat dan memperbaiki diri hingga akhirnya menjadi guru seperti sekarang.


Bayangkan jika kata-katanya didengar oleh murid, tentu bisa menimbulkan kemungkinan munculnya pemikiran bahwa mabuk-mabukan dan kemaksiatan lainnya adalah hal yang biasa di benak muridnya. Karena gurunya pernah melakukannya. Pun ketika anaknya jatuh melalukan dosa, mereka memiliki alasan: Tidak apa-apa melakukan dosa seperti itu, dulu guruku juga melakukannya. Dia sendiri pernah bilang begitu. Padahal, mungkin tindakan guru menceritakan dosanya karena landasan kejujuran. Tetapi, apa artinya kejujuran jika pada akhirnya justru mencetak pelaku-pelaku baru dalam kemaksiatan?

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB