Bogor Times-Sebanyak 36 santri berprestasi penerima beasiswa berkunjung ke Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), hari ini.
Para santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia itu secara resmi dilepas untuk siap mengikuti masa perkuliahan di kampus pilihan masing-masing. sekaligus pelepasan para santri berprestasi itu dilakukan setelah lima hari melalui proses inkubasi, sejak tanggal 2 hingga 7 Juli 2023, di Pesantren Nur Medina, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Program Beasiswa Santri Berprestasi ini dilakukan atas kerja sama Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU dan Bank Mega Syariah. “Kita disupport oleh Bank Mega Syariah dan dalam pelaksanaan inkubasi ini, kita kerja sama dengan RMI.
Baca Juga: Bareskrim Polri Siap Berkoordinasi dengan PPATK Terkait 289 Rekening Milik Panji Gumilang
Karena memang RMI adalah yang menaungi pesantren-pesantren di seluruh Indonesia, sehingga untuk melaksanakan program ini kami bekerja sama,” kata Direktur NU Care-LAZISNU H Qohari Cholil kepada NU Online, Jumat7 Juli 2023.
Ia menjelaskan proses beasiswa ini berlangsung sangat panjang dan telah dilakukan seleksi di masing-masing pesantren. Kemudian LAZISNU dan RMI PBNU bertugas untuk menyeleksi para calon penerima beasiswa itu sampai akhirnya mendapatkan 36 santri. Lalu para santri itu dibekali pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah dan ke-NU-an.
“Kita tahu para (calon) mahasiswa ini akan menghadapi dunia baru yaitu dunia kampus, dunia kemahasiswaan yang berbeda dengan dunia sebelumnya, sehingga kita bekali supaya mereka tidak salah arah ketika memasuki ke dunia baru. Tentunya dunia intelektualitas, dunia yang sangat kritis, sehingga inilah nanti yang kita bekali selama 5 hari menjadi bekal mereka,” tutur Qohari.
Tak Ada Syarat Khusus Di dalam program ini, kata Qohari, tak ada persyaratan khusus. Namun mereka, para penerima beasiswa itu merupakan santri berprestasi yang mendapat rekomendasi dari Perkumpulan NU dan pondok pesantren yang berada di bawah naungan RMI.
“Syarat utama kita berprestasi tentu, kemudian ada rekomendasi dari pondok pesantren yang di bawah naungan RMI. Jadi ini semua berasal dari pondok pesantren yang di bawah RMI. Jadi, otomatis kalau di bawah RMI berarti yang bernaung di NU,” katanya.
Qohari mengungkapkan, program beasiswa ini membebaskan masing-masing santri untuk memilih perguruan tinggi yang ingin dituju. Karena itu, tak ada pengkhususan perguruan mana yang dipilih.
“Jadi untuk perguruan tinggi, terserah adik-adik sekalian perguruan tinggi mana, kemarin tidak kita khususkan di perguruan tinggi umum atau teknokratik. Tapi ke depan, kita ingin fokuskan atau kita prioritaskan bagi anak-anak Nahdliyin yang memang concern di bidang teknokratik, di antaranya bidang kedokteran, ekonomi, engineering,” katanya.
“Untuk sementara, saat ini perguruan tingginya kita terserahkan kepada adik-adik sekalian. Campur. Ada yang teknokratik, umum, agama. Tapi lebih banyak di sini bidang agama. Tentu ke depan kita geser ke teknokratik,” lanjut Wakil Ketua LAZISNU PBNU itu. Kepada para santri penerima beasiswa itu, ia berpesan agar senantiasa menjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah saat memasuki dunia baru di perguruan tinggi masing-masing.
Sebab di dunia yang baru itu, para santri akan dihadapkan pada banyak mazhab dan aliran keagamaan. Namun saat mampu berpegang teguh kepada akidah Aswaja An-Nahdliyah, mereka tidak akan terombang-ambing dengan berbagai paham baru yang tidak jelas. Inilah sebabnya, LAZISNU dan RMI PBNU mengadakan masa inkubasi atau pembekalan kepada para santri sebelum memasuki dunia perkuliahan. “Adik-adik dibekali dengan peta di perguruan tinggi seperti apa. Jadi tidak ujug-ujug seperti masuk di hutan belantara.
Adik-adik sudah dibekali dan Insyaallah sudah punya wawasan tentang kampus atau dunia baru di perguruan tinggi,” pungkas Qohari.
Cc Afni***