Bogor Times-Pemerintah Indonesia melaporkan peningkatan kasus penipuan terkait lowongan kerja di luar negeri yang menjanjikan gaji fantastis.
Para pelamar kerja seringkali mudah tertipu oleh oknum tidak bertanggung jawab yang mengiming-imingi mereka dengan imbalan yang menggiurkan.
Karena minimnya pengetahuan, calon pekerja rentan menjadi korban penipuan tersebut.
Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan RI atau Kemnaker menekankan agar para pencari kerja waspada terhadap modus penipuan yang umumnya berasal dari media sosial.
Menurut Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah ada beberapa ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam mengenali modus penipuan lowongan kerja ke luar negeri.
Salah satu ciri utama adalah ketidakpastian kredibilitas perusahaan yang menawarkan lowongan tersebut. Banyak penipu menggunakan perusahaan atau lembaga yang tidak resmi dan tidak terdaftar sebagai Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (PSMI).
Selain itu, mereka sering menawarkan gaji yang fantastis untuk menarik perhatian calon korban. Namun, jika dilihat secara teliti, nominal gaji yang tinggi tersebut seringkali tidak masuk akal atau tidak sesuai dengan perhitungan yang rasional. Penipu juga mengiklankan proses pembayaran gaji yang cepat dan mudah, namun hal ini hanya sebatas tipuan belaka.
Modus penipuan lainnya adalah permintaan biaya pendaftaran yang harus dibayarkan oleh calon pekerja. Penipu seringkali menjanjikan akan menanggung semua biaya keberangkatan ke negara tujuan, namun mereka meminta biaya pendaftaran yang kemudian tidak memberikan kejelasan mengenai proses selanjutnya.
Selain itu, calon pekerja juga perlu waspada terhadap ketidakjelasan terkait skema kontrak kerja. Modus penipuan lowongan kerja ke luar negeri seringkali tidak memberikan informasi yang jelas mengenai kontrak kerja, bahkan sebelum keberangkatan. Padahal, kontrak kerja sangat penting untuk memberikan kepastian, jaminan keamanan, dan keselamatan selama bekerja di negara tujuan.
Satu ciri penipuan lainnya adalah tidak adanya penggunaan visa kerja yang seharusnya diperlukan dalam bekerja di luar negeri. Penipu seringkali menggunakan jenis visa lain seperti visa kunjungan, visa wisata, atau visa ziarah sebagai pengganti visa kerja yang seharusnya.
Hal ini perlu diwaspadai karena tanpa visa kerja yang sesuai, calon pekerja dapat menghadapi masalah hukum dan administrasi yang serius.
"Data pemerintah menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia turun dari 3,7% pada bulan Agustus menjadi 3,6% pada bulan September,"ujar menaker.
Namun, tren penurunan pengangguran ini mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan situasi sebenarnya, karena banyak orang yang terjebak dalam keadaan putus asa dan memilih pekerjaan apa pun yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Wakil Presiden Kongres Serikat Buruh Malaysia, Mohd Effendy Abdul Ghani, mengungkapkan bahwa banyak orang yang melakukan pekerjaan acak hanya untuk bertahan hidup dan menghadapi kesulitan finansial.
Sebuah studi yang dilakukan di Malaysia juga mengungkapkan bahwa banyak warga negara mengalami kondisi keuangan yang sulit dalam lima tahun terakhir, dengan tabungan yang semakin menipis dan kesulitan menghadapi resesi yang mengancam.
"Survei dari RinggitPlus, situs web layanan keuangan Malaysia, menunjukkan bahwa sekitar 70% warga negara menabung kurang dari RM500 per bulan pada tahun 2022,"ujar Ida.