nasional

Jepang Kembali Manfaatkan 'Shimogoe' sebagai Pupuk Ramah Lingkungan setelah Harga Pupuk Kimia Melambung

Jumat, 21 Juli 2023 | 23:12 WIB
Petinggi Jepang ke Istana Bogor (Bogor Times)

Bogor Times-Murah, ramah lingkungan, dan sudah menjadi tradisi berabad-abad. Itulah alasan Jepang memanfaatkan “shimogoe”, alias “pupuk dari kotoran manusia”, setelah perang Rusia-Ukraina membuat harga pupuk kimia melambung.

Truk-truk penyedot tinja berdatangan di pabrik pengolahan pupuk Miura, sebuah kota di dekat Tokyo. Air yang ada di dalamnya kemudian dibuang, menyisakan kotoran padat yang kemudian diurai bakteri di tanki-tanki besar. Produk akhir pupuk berupa bubuk mirip tanah yang dapat ditaburkan di lahan perkebunan, sedangkan metana yang dihasilkan selama proses pengolahan pupuk itu lalu dibakar untuk memanaskan air dan memasok listrik di pabrik itu.

Kenichi Ryose, manajer pabrik di Pusat Biomassa Miura, mengatakan bahwa mereka memproduksi 500 ton pupuk kotoran manusia setiap tahunnya. "Pupuk ini seharga 100 yen per kantong, harganya sangat terjangkau. Saya dengar pupuk ini sangat bagus untuk menyuburkan sayuran berdaun. Saya ingin lebih banyak petani menggunakannya," tambahnya.

Pemanfaatan feses manusia untuk menyuburkan tanaman pernah menjadi praktek yang lazim di Jepang, layaknya di berbagai belahan dunia lainnya. Namun, popularitas pupuk itu sempat menurun sejak ditemukannya sistem dan pabrik pengolahan limbah, serta pupuk kimia.

Sekitar satu dekade yang lalu, berbagai pabrik pengolahan limbah di Jepang tertarik untuk membangkitkan kembali upaya mengurangi pembuangan residu limbah cair, sebuah proses yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan. Antusiasme mereka sempat memudar, sampai akhirnya Rusia menginvasi Ukraina, yang mengakibatkan harga pupuk kimia meroket.

Kondisi ini menjadi peluang emas bagi sebuah pabrik di kota Tome di utara Jepang, di mana volume penjualan shimogoe naik setiap tahunnya hingga mencapai 160 persen pada Maret 2023. Tahun ini menjadi pertama kalinya pupuk kotoran manusia produksi pabrik Tome ludes terjual sejak mereka beroperasi pada tahun 2010.

“Pupuk kami populer karena harganya murah, sehingga membantu para petani memangkas biaya [dari pupuk kimia] yang harganya melonjak,” ungkap wakil direktur pabrik Tome Toshiaki Kato kepada AFP. “Pupuk kami juga ramah lingkungan,” lanjutnya.

Terbuat dari kombinasi residu limbah cair dari tangki septik dan kotoran manusia dari tangki pembuangan bawah tanah, pupuk feses dibandrol dengan harga 160 yen (sekitar Rp17.000) per 15 kilogram. Angka tersebut hanya sekitar sepersepuluh dari harga pupuk yang terbuat dari bahan baku impor.

Para pegawai pabrik di kota Saga, barat daya Jepang, juga melaporkan bahwa penjualan pupuk feses produksi mereka naik hingga dua atau tiga kali lipat dari biasanya.

Shimogoe: Dulu dan Sekarang

Menurut spesialis pupuk Arata Kobayashi, shimogoe adalah pupuk utama yang digunakan pada zaman Edo di Jepang. Pada awal abad ke-18, satu juta penduduk Tokyo—yang dulu bernama Edo—“menghasilkan” sekitar 500.000 ton pupuk kotoran manusia per tahun.

Pengolahan pupuk kotoran manusia kala itu adalah sebuah bisnis besar yang melibatkan pengumpul, pengangkut, dan petani, “dan mereka semua mendapat manfaat dari sistem itu. Mereka menciptakan proses daur ulang kotoran manusia menjadi pupuk secara tidak sengaja. Pupuk itu adalah hasil usaha pihak-pihak yang cenderung ingin mengejar keuntungan,” kata Kobayashi.

Pemerintah Jepang kini mendorong upaya untuk meningkatkan kembali pengolahan pupuk kotoran manusia, dengan alasan bahwa pupuk itu ramah lingkungan. Selain itu, ada pula kekhawatiran soal ketahanan pangan dalam negeri Jepang sejak perang Rusia-Ukraina.

Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang berharap dapat menggandakan jumlah penggunaan pupuk kandang dan kotoran manusia hingga tahun 2030, serta menargetkan penggunaannya hingga 40 persen dari seluruh jenis pupuk yang ada di negara itu.

Namun, di Amerika Serikat, muncul kekhawatiran soal kandungan zat kimia berbahaya PFAS (zat Per- dan polifluoroalkil) dalam pupuk yang terbuat dari kotoran manusia.

Halaman:

Tags

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB