Bogor Times- Makam sosok waliullah misterius yang masyhur dengan khariqul ‘adah atau perilaku yang tidak wajar. Beliau terkenal dengan julukan ‘Habib Kuncung’, Kalibata, Jakarta Selatan.
Sebelumnya kami hendak mengunjungi rumah Habib Hasan sebagai juru kunci makam, namun beliau tidak bisa oleh karena memiliki kesibukan. Lantas, kami disuruh bertemu dengan Habib Muhammad bin Ali al-Haddad yang merupakan salah satu keturunan pewakaf makam dan masjid at-Taubah yang berada di depan gerbang makam, yaitu Habib Abdullah bin Ja’far al-Haddad. Menurut keterangan dari Habib Muhammad, dan Habib Hasan bahwa nama ‘Kuncung’ Nama Kuncung disematkan karena Habib Ahmad memakai kopiah dari Bangsawan Bugis pada zaman dulu yang berbentuk kuncung atau kerucut.
“Waktu zamannya itu, Kerajaan Bugis menggelari kopiah itu karena beliau mempunyai karamah yang besar di kalangan Bangsawan Bugis ketika itu,” kata Habib Muhammad. Sebenarnya nama beliau adalah Habib Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdullah bin Thoha bin Umar bin Alwi al-Haddad, yang mana habib Umar bin Alwi merupakan kakak dari habib Abdullah pengarang Ratibul-Haddad. Habib Ahmad bin Alwi Al-Haddad termasuk keturunan Rasulullah ke 40.
Baca Juga: Kasus Penembakan Anggota Densus 88 Antiteror Polri Menimbulkan Pertanyaan dan Sorotan Publik
Makam beliau ramai dikunjungi oleh karena karomah beliau sebagai waliullah. Berawal dari salah seorang peziarah ingin berkunjung ke makam Mbah Kuncung, namun dia tidak mengetahui lokasi tepat makam beliau. Di suatu perjalanan dia berpapasan dengan seorang tua renta. Kemudian orang tua itu mengantarkan dia menuju bibir pintu dekat dengan makam Mbah Kuncung sambil menunjuk pusara makam. Pada saat peziarah itu melihat foto yang berada di lokasi makam, ternyata orang tua yang mengantarkannya itu sama wajahnya dengan foto yang terpampang. “Ada kalanya juga seseorang yang didatangi Habib Kuncung dalam mimpinya,” cerita Habib Muhammad.
Ada sebagian orang pemabuk dalam keadaan junub ingin bertaubat dan berziarah ke makam. Sesampainya di makam sosok wajah Mbah Kuncung nampak jelas di hadapannya sambil menonjoknya.
Semasa hidupnya pun banyak kisah aneh di luar kebiasaan yang tersebar melalui bibir ke bibir dan turun menurun dari masyarakat sekitar. Di antaranya kisah yang dialami salah satu dari kiai atau tokoh daerah setempat, ketika melihat Habib Kuncung mengambil kacang dan memakannya di siang bolong bulan Ramadan. Lantas kiai tersebut bertanya, “Beb, ente gak puasa apa? Ane puasa Beb.” Habib Kuncung menjawab, “Ini bukan untuk ane. Ini buat ikan di laut. Coba kamu liat mulut ane,” tutur Habib Muhammad bercerita. Sambil membuka mulut, Habib Kuncung menyuruh Kiai itu melihat ke dalam mulutnya dan terkejut atas kabar benar yang disampaikan Habib Kuncung sambil lalu meminta maaf. Secara lahiriyah hal tersebut menyebabkan orang suudzan. Namun di balik tingkah laku beliau yang di luar kebiasaan, beliau mengajarkan seseorang untuk tidak mudah berperasangka buruk ke sesama. Dan banyak kisah aneh lain yang tidak memungkinkan untuk kami cantumkan sebab kekurangan space.
Keterangan yang kami terima dari Habib Muhammad, Habib Kuncung lahir di Ghurfah, Yaman pada tanggal 26 Sya’ban 1254 H berketepatan dengan 14 November 1838 M. Habib Kuncung bisa sampai menginjakkan kaki di tanah Indonesia berawal dari jalur perdagangan. Identitas yang melekat pada dirinya adalah pedagang. Berdagang memang sudah beliau lakoni saat beliau masih muda. Posisi inilah yang membuatnya mengenal wilayah Asia Tenggara saat beliau berdagang sampai ke Singapura. Habib Kuncung pedagang yang lumayan sukses di Singapura. “Beliau sampai memiliki peninggalan harta benda yang di tahun 20-an lalu senilai dengan harga 30 rumah disini,” ujar Habib Salim bin Ahmad, salah satu kerabatnya di Rawajati. Mobilitas dirinya sebagai pedagang juga yang membuatnya menginjak Tanah Bugis dan memperoleh istri di sana.
Namun tak ada yang mengenal siapa istri Habib Kuncung itu. Dari perkawinan tersebut diketahui lahir seorang putra bernama Muhammad yang kemudian mewarisi harta peninggalan Habib Kuncung di Singapura. Namun sayang Habib Muhammad kemudian meninggal dunia hingga terputuslah garis keturunan Habib Kuncung.
Dari sumber yang kami terima dari Habib Husein asal Rawa Jati, Kalibata, Jakarta Selatan mengatakan, terjadi sebuah keajaiban saat prosesi pemakaman Habib Kuncung. Mulanya, jenazah Habib Kuncung akan dikebumikan di kompleks pemakaman keluarga Habib Toha Bin Ja’far al-Haddad. Kala itu, setelah dishalatkan di Masjid At-Taubah, makam di kompleks pemakaman Habib Toha Bin Ja’far al-Haddad pun sudah digali. Namun, saat jenazah Habib Kuncung sudah berada di pemakaman, kata Husein, terjadi sebuah keajaiban. Saat jenazah akan dimasukkan ke liang lahat, 10 orang tak mampu mengangkatnya. “Akhirnya setelah Habib Toha salat sunnah bisyaroh ternyata shohibul maqom (jenazah) ingin dimakamkan di pemakaman keluarga Habib Abdullah bin Ja’far al-Haddad yang sampingnya Masjid At-Taubah,” ungkap Husein.
Memang, tambah Habib Husein, selama masih hidup Habib Kuncung pernah punya satu pesan, yaitu dibuatkan rumah kecil. Pesan itu disampaikan kepada Habib Muhammad bin Abdulloh bin Ja’far al-Haddad. “Artinya di situlah Habib Kuncung ingin dimakamkan, di pemakaman keluarga Abdullah bin Ja’far al-Haddad. Baru ketika itu jenazahnya bisa terangkat,” sambung Habib Husein. Beliau wafat pada tahun 1926 M, kurang lebih berumur 90 tahunan umurnya Habib Kuncung.***