nasional

Panglima Jilah dan Panglima Pajaji: Tokoh Suku Dayak yang Menonjol dalam Perseteruan Mengenai Ibu Kota

Kamis, 17 Agustus 2023 | 23:22 WIB
Foto Panglima Jilah Tokoh Dayak (Penulis/Febri Daniel Manalu)

Bogor Times-Panglima Jilah dan Panglima Pajaji, tokoh suku Dayak, menonjol dalam perseteruan mengenai Ibu Kota Nusantara (IKN). Keduanya pemimpin Pasukan Merah, kelompok serdadu suku Dayak, yang memiliki keahlian khusus dan ilmu kebal. Panglima Jilah memiliki akar kehormatan dalam masyarakat Dayak dan menguasai seni bela diri tradisional. Ia juga tegas dalam mempertahankan nilai adat dan budaya, serta melawan penghinaan terhadap Presiden Jokowi.

Panglima Pajaji juga memiliki ilmu kebal dan memimpin Pasukan Pantak Padagi Borneo. Keduanya merepresentasikan semangat dan identitas suku Dayak dalam mempertahankan adat dan warisan budaya. Perseteruan ini menunjukkan betapa pentingnya identitas dan nilai-nilai dalam pembangunan.

Panglima Jilah dan Panglima Pajaji juga menyuarakan dukungan terhadap pembangunan IKN di Kalimantan. Mereka berjuang untuk menjaga dan mendukung proyek ini sebagai bagian dari kemajuan dan kemakmuran Kalimantan. Keduanya mewakili semangat perjuangan suku Dayak dalam menghadapi tantangan dan menghormati simbol-simbol negara.

Panglima Jilah menyatakan, "Tidak sepantasnya Rocky Gerung melontarkan pernyataan seperti itu. Kami masyarakat Dayak marah. Tidak boleh ada lagi yang menghina Presiden. Menghina Presiden sama saja dengan menghina negara," tegas Panglima Jilah kepada wartawan di Bareskrim Polri. Ia juga bertemu dengan Wakabareskrim Polri, Irjen Asep Edi Suheri, dan meminta agar langkah hukum diambil terhadap pelaku.

Bareskrim Polri mengambil alih laporan polisi terkait penghinaan Presiden oleh Rocky Gerung. Panglima Jilah menuntut tindakan hukum yang sesuai dan menegaskan pentingnya menghormati simbol negara. Dengan tegas, ia melawan penghinaan dan menjaga harmoni masyarakat.

Perseteruan ini menggarisbawahi pentingnya perdebatan terbuka dalam pembangunan negara. Panglima Jilah dan Panglima Pajaji merepresentasikan semangat perjuangan, identitas, dan kehormatan suku Dayak dalam menjaga adat dan budaya. Dalam konteks IKN, mereka berjuang untuk kemajuan dan kemakmuran Kalimantan.

Mereka juga mencerminkan kekuatan pemimpin dalam masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang-orang di sekitar mereka. Kemampuan Panglima Jilah dalam seni bela diri tradisional Dayak dan ilmu kebalnya menginspirasi orang untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai warisan nenek moyang.

Di sisi lain, Panglima Pajaji dengan kemampuan ilmu kebalnya dan kepemimpinannya dalam Pasukan Pantak Padagi Borneo, mengajarkan arti ketahanan fisik dan mental dalam menghadapi tantangan. Ia membuktikan bahwa dengan dedikasi dan tekad, individu dapat mengatasi rintangan yang sulit.

Perseteruan antara keduanya juga menggambarkan betapa kompleksnya isu pembangunan Ibu Kota Nusantara dan bagaimana proyek ini dapat memicu perdebatan dan ketegangan dalam masyarakat. Konflik ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya mendengarkan berbagai sudut pandang dan mengedepankan dialog konstruktif dalam memutuskan arah pembangunan negara.

Panglima Jilah dan Panglima Pajaji, sebagai tokoh-tokoh suku Dayak, mengajarkan tentang pentingnya menjaga jati diri dalam menghadapi perubahan zaman. Mereka memainkan peran sentral dalam melestarikan adat, budaya, dan spiritualitas suku Dayak di tengah perubahan sosial yang cepat.

Pada akhirnya, perseteruan ini adalah cermin pentingnya merangkul keragaman budaya dan suara-suara yang berbeda dalam proses pembangunan nasional. Panglima Jilah dan Panglima Pajaji, dengan kepemimpinan dan dedikasi mereka, menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menghormati dan melestarikan warisan budaya serta adat istiadat yang telah mengakar kuat dalam masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan dan dialog yang terbuka, kita dapat membangun masa depan yang inklusif dan harmonis bagi Indonesia.

"Seluruh laporan polisi terkait kasus penghinaan oleh Rocky Gerung terhadap Presiden Jokowi telah ditarik ke Mabes Polri. Dalam proses ambil alih, semua Laporan Polisi ditarik ke Mabes Polri karena objek perkara dan terlapor semua sama," ujar Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro, Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, pada Selasa,8 Agustus 2023. Dengan menyatukan semua laporan ke Mabes Polri, diharapkan investigasi lebih lanjut akan dilakukan untuk menangani kasus ini secara efisien."

Brigjen Djuhandani menjelaskan bahwa keseluruhan laporan polisi yang telah diterima terkait kasus ini telah ditarik ke Mabes Polri. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa objek perkara dan terlapor dalam semua laporan tersebut memiliki kesamaan. Langkah pengambilalihan ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses investigasi lebih lanjut terhadap kasus tersebut.

Dengan pengambilalihan laporan ke Mabes Polri, diharapkan bahwa investigasi lebih lanjut akan dilakukan secara efisien dan mendalam. Pihak berwenang akan dapat mengumpulkan semua bukti dan informasi yang diperlukan untuk mengungkap fakta-fakta dalam kasus ini. Langkah ini juga mencerminkan komitmen Bareskrim Polri dalam menjaga keadilan dan menegakkan hukum, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan penghinaan terhadap tokoh publik.

Pernyataan Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro ini juga memperlihatkan pentingnya tanggapan cepat dan tegas dari aparat penegak hukum dalam menghadapi kasus yang memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat dan stabilitas sosial. Langkah pengambilalihan laporan polisi menjadi indikasi bahwa Bareskrim Polri menganggap serius kasus ini dan siap untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani pelanggaran hukum tersebut.

Tags

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB