nasional

Rumah Joglo, Filosofi dan Historis

Rabu, 8 September 2021 | 19:43 WIB
Rumah Joglo (@gambarrumah)

Bogor Times- Sejak dibangku sekolah dasar (SD) kita telah disuguhkan pengetahuan tentang berbagai rumah adat. Salah satunya adalah, Rumah joglo adalah rumah tradisional suku Jawa yang terbuat dari meterial kayu jati.

Atapnya berbentuk tajug, semacam piramidal yang mengacu pada bentuk puncak gunung inilah asal muasal nama joglo.

Dari beberapa literasi dan pitutur, istilah joglo berasal dari dua kata, 'tajug' dan 'loro' yang berarti 'penggabungan dua tajug'.
Bentuk atap tajug ini dipilih karena menyerupai bentuk gunung.

Baca Juga: Hari Lahir Gus Dur dan Wahid Foundation ke-17, Moment Gencarkan Kampanye Perdamaian Dunia

Sedangkan masyarakat Jawa sakralitas adalah bentuk gunung yang merupakan simbolitas. Diantaranya keyakinan warga berkeyakinan gunung merupakan tempat tinggal para dewa.

Bagian atap joglo ditopang oleh empat tiang utama yang disebut Soko Guru. Jumlah ini mewakili adanya kekuatan yang dipercaya berasal dari empat penjuru mata angin.

Kediaman Mbah Sumardi (Cicit Ulama Karismatik Mbah Kholifah) Gunungkidul, Jawa Tengah. (Rosyka)

Berdasarkan konsep spiritual ini, manusia berada di tengah keempat keempat arah mata angin tersebut. suatu tempat yang konon mengandung getaran magis tingkat tinggi. Titik perpotongan ini disebut juga sebagai Pancer atau Manunggaling Kiblat Papat.

Baca Juga: Kini Bayar Pajak Kendaraan Bermotor Tak Perlu Pakai KTP, Langsung saja.!!

Ada tiga bagian dalam susunan rumah joglo. Pertama adalah ruang pertemuan yang disebut pendapa. Kedua adalah ruang tengah yang disebut pringgitan dan ketiga adalah ruang belakang (dalem) yang berfungsi sebagai ruang keluarga.

Sedangkan Pendapa terletak di depan. Dibuatnya tanpa dinding, karena berkaitan dengan karakter orang Jawa yang ramah dan terbuka. Kamar yang menerima tamu ini biasanya tidak diberi meja atau kursi, hanya tikar yang digelar agar antara tamu dan tuan rumah dapat berbicara dalam.

Bagian pringgitan adalah tempat dimana pemilik rumah menyimbolkan diri sebagai bayang-bayang Dewi Sri. Dewi padi ini dianggap sebagai sumber segala kehidupan, kesuburan dan kebahagiaan. Terletak antara pendapa dan dalem, pringgitan digunakan sebagai tempat untuk menggelar pertunjukan wayang yang berkaitan dengan upacara ruwatan adat.

Baca Juga: Di Depan Menkomarves Luhut, Ridwan Kamil Melaporkan Sungai Citarum Turun Level

Dalem adalah bagian yang digunakan sebagai tempat tinggal keluarga. Di dalamnya ada beberapa kamar yang disebut senthong.
Jaman dulu, senthong hanya dibuat sejumlah tiga bilik saja. Kamar pertama untuk para lelaki, kamar kedua dikosongkan dan kamar ketiga dipakai oleh para perempuan.
Kamar kedua kosong ini diisi dengan tempat tidur lengkap dengan segala perlengkapannya. Disebut krobongan, ruangan kosong ini dipakai untuk menyimpan pusaka dan sebagai ruang pemujaan terhadap Dewi Sri. Inilah bagian rumah yang dianggap paling suci.

Halaman:

Tags

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB