Bogor Times- Upaya digitalisasi 15 Kabupaten di Jawa Barat yang digagas oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan didukung oleh banyak perusahaan, salah satunya adalah Lintasarta, nampak 'Jauh Panggang dari Api.'
Pasalnya, tak sedikit wilayah perdesaan di Jawa Barat tak memiliki instrument pendukung program digitalisasi, yaitu listrik, yang memadai. Salah satunya di Kabupaten Bogor tepatnya di Kampung Gunung Sanggar, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Jangankan untuk mengikuti program Pemprov Jawa Barat digitalisasi, belasan kepala keluarga (KK) di perkampungan wilayah timur Kabupaten Bogor itu, nyatanya masih mengandalkan tenaga surya dan kincir-kincir untuk memenuhi kebutuhan listrik. Al Hasil, pasokan listrik dirasa sangat minim.
"Untuk digitalisasi belum bisa. Karena kami masih mikirin listrik," kata Ahmadi alias Mamad (47).
Warga RT07/03, Kampung Gunung Sanggar, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur ini mengaku tak bisa maksimal memanfaatkan elektronik.
"Jadinya hanya bisa juat lampu. Karena kalau pakai yang lain, listrik tidak kuat," bebernya.
yang pasti serba keterbatasan.
Ia berharap, pemerinta Provinsi Jawabarat memprioritaskan program listrik masuk desa. Karena tidak sedikit warga yang sangat membutuhkan pasokan listrik yang layak.
"Kalau listrik sudah masuk merata. Baru silahkan jalankan program digitalisasi," sindirnya.
Untuk diketahui, Lintasarta yang merupakan perusahaan Information and Communication Technology (ICT) total solution di Indonesia beri dukungan penuh terhadap program Pemprov Jawa Barat dalam mengatasi kesenjangan arus informasi digital melalui Program Desa Digital di Jawa Barat.
Keikutsertaan Lintasarta dalam pelaksanaan program Desa Digital di Jawa Barat melalui penyediaan infrastruktur dan jaringan internet di lebih dari 140 desa yang tersebar di 15 kabupaten di Jawa Barat.
“Program ini berkelanjutan, dukungan tidak hanya penyediaan infrastruktur tapi juga melalui kegiatan pelatihan kepada kader TIK desa melalui program CSR Lintasarta Mengajar.
Pelatihan yang diberikan mulai dari pengetahuan, pembangunan, dan perawatan tower hingga pemanfaatan jaringan internet bagi masyarakat desa,” ujar General Manager Central Indonesia Regional Lintasarta, Choirul Friyuana.
Baca Juga: Sosial Bisnis Center, Gagas Petani Digital
Sebelumnya, para kader juga telah mendapatkan pelatihan mengenai pengembangan website atau Web Development dan pelatihan terkait pemasaran digital atau Digital Marketing mengenai dasar-dasar pemasaran melalui media sosial atau channel digital lain yang mereka miliki mencakup dasar-dasar penulisan, copywriting, teknik dasar fotografi, hingga strategi promosi di media sosial.
“Setelah pelatihan, diharapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di desa mampu mengelola secara mandiri infrastruktur jaringan internet bagi masyarakat termasuk manajemen usaha maupun pemasaran potensi daerah di desa-desa tersebut, selain itu Bumdes/Bumades akan memiliki kemampuan teknis dan non teknis untuk penanganan aduan setelah internet terdistribusi ke masyarakat,” katanya.
Lebih lanjut Choirul menuturkan, dengan memberikan kemudahan akses informasi bagi masyarakat desa melalui teknologi informasi yang terintegrasi dalam pelayanan publik dan kegiatan perekonomian, maka potensi desa diharapkan dapat lebih produktif, efektif, efisien dan signifikan.
Choirul menuturkan, Lintasarta terus melakukan pengembangan konten dan aplikasi yang berkaitan dengan Smart City yang juga dapat mendukung dan memadukan potensi desa mandiri. Menurutnya, pengembangan teknologi informasi melalui aplikasi atau sistem digital untuk segala kegiatan yang dilakukan menyangkut kebutuhan masyarakat diyakini dapat meningkatkan awareness dari pihak eksternal terhadap potensi di wilayah tersebut.
“Maka tolok ukur keberhasilan dari Desa Digital ialah di mana masyarakat dan potensi desa mulai dikenal di luar Jawa Barat, pemanfaatan layanan internet serta fasilitas digital yang ada di desa dengan optimal dan berkesinambungan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kualitas serta taraf hidup masyarakat desa,” ujarnya.
Oleh karena itu, katanya, seluruh kegiatan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan Desa Digital akan dipantau secara berkala bersama Dinas Pengembangan Masyarakat Desa, dan Diskominfo dengan tetap mengawal dan memberikan update pengetahuan terkait perkembangan teknologi maupun literasi digital lainnya.
“Dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan dan antusiasme masyarakat desa saat implementasi pemasangan jaringan menjadi penyemangat untuk kami agar dapat terus ikut berkontribusi dalam pelaksaan Desa Digital,” katanya.
Direktur Utama Lintasarta Arya Damar menegaskan, untuk mendorong pelaksanaan digitalisasi di daerah diperlukan beberapa aspek pendukung.
Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan melalui penggunaan teknologi digital seperti penggunaan QRIS untuk pembayaran tanpa kontak fisik (contactless payment), e-Perizinan, e-Planning, e-UMKM, e-Tourism, dan e-Farmer yang seluruhnya menjadi cerminan dalam penerapan Smart City.
Menurut Arya, sistem kota cerdas mampu meningkatkan pelayanan dan menjadi alat bantu bagi para pembuat kebijakan (data driven decision making).
Konsep Smart City juga mencakup implementasi business intelligence atau big data, melakukan data sharing yang dapat digunakan komunitas pengembang.
“Bicara digitalisasi tentu harus secara keseluruhan, mencakup digitalisasi infrastruktur, pemerintah, dan masyarakat. Seluruh pemangku kepentingan harus berkolaborasi untuk memperoleh solusi dalam mengembangkan perekonomian daerah,” kata Arya.***