Bogor Times-Berikut akan penulis jelaskan sejarah shalawat Syifa’, salah satu shalawat yang berisikan doa kemuliaan kepada Nabi Muhammad sekaligus terdapat harapan keselamatan bagi orang-orang yang membacanya agar terhindar dari setiap hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam catatan Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, shalawat Syifa’ merupakan salah satu shalawat yang ditulis oleh Syekh Hasan Abul Halawah al-Ghazi, salah satu ulama tersohor keilmuannya, yang hidup pada abad ketigabelas Hijriah. Dalam kitabnya disebutkan,
اَلصَّلَاةُ التَّاسِعَةَ عَشَرَ صَلَاةُ سَيِّدِيْ الشَّيْخِ حَسَنِ أَبِي حَلَاوَةِ اَلْغّزِّيْ
Artinya, “Shalawat yang kesembilan belas adalah shalawat (yang ditulis) oleh as-Sayyid Syekh Hasan Abul Halawah al-Ghazi.” (Yusuf an-Nabhani, Sa’adatud Darain fis Shalati ‘ala Sayyidil Kaunaini, [Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiah: 2010], halaman 323). Baca Juga: 20 Waktu yang Disunahkan Membaca Shalawat (Bagian I) Berikut bacaan, teks, dan terjemah shalawat Syifa’: اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيــِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَبِـيْبِ الْـمَحْبُوْبِ شَافِيْ فِي الْعِلَلِ وَمُفَرِّجِ الْــكَرُوْبِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ muḫammadin habîbil mahbûbi syâfi fil ‘ilal wa mufarrijil kurûbi wa ‘alâ âlihi wa shaḫbihi wa sallim Artinya, “Ya Allah, limpahkalah rahmat dan keselamatan kepada Baginda Nabi Muhammad yang menjadi kekasih Dzat yang mengagsihi dan Dzat yang menyembuhkan segala penyakit dan Dzat yang menghilangkan segala kesusahan. Limpahkan pula kepada keluarganya dan sahabat-sahabat beliau.”
Biografi Penulis Shalawat Syifa’ Syekh Hasan Abul Halawah al-Ghazi merupakan salah satu ulama yang tidak diragukan lagi kewaliannya. Beberapa karamahnya sudah biasa disaksikan oleh masyarakat secara umum. Ia memiliki derajat secara khusus dengan Allah swt, dan memiliki jalinan interaksi secara khusus pula dengan Baginda Nabi Muhammad saw. Syekh Yusuf al-Mur’asai mengatakan:
وَكَانَ الشَّيْخُ حَسَن مِنْ أَوْلِيَاءِ الْقُدْسِ الذِيْن وَقَعَ الْاِتِّفَاقُ
Artinya, “Syekh Hasan Abul Halawah al-Ghazi merupakan bagian dari wali-wali (Allah) di al-Quds (Baitul Maqdis, Palestina), yang telah disepakati (kewalian dan karamahnya).” (Abu Yusuf, Natsrul Jawahir wad Durar fi ‘Ulamail Qurunir Rabi’ wal ‘Asyir, [Beirut, Darul Ma’rifah: 20018], halaman 203).
Kendati demikian, tidak ada catatan secara pasti dari para ulama ahli sejarah yang berhasil penulis temukan perihal tahun kelahirannya.
Sebab, sejak kecil Syekh Hasan lebih senang menyendiri, menghindar dari keramaian, dan hanya fokus beribadah kepada Allah, berdzikir, dan memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah. Hanya saja, para ulama sepakat bahwa ia memiliki darah kelahiran al-Quds Palestina, dan wafat pada tahun 1308 Hijriah.
Keutamaan Shalawat Syifa’ Membahas tentang keutamaan bacaan shalawat, maka tentu jawabannya sangat banyak, sebagaimana shalawat pada umumnya. Misalnya, dengan membaca shalawat akan diberi pahala oleh Allah tanpa perlu diragukan lagi, dan dengan membaca shalawat akan bisa mendapatkan syafaat kelak di hari kiamat, ketika semua para nabi tidak bisa melakukan apa-apa kecuali Nabi Muhammad.
Namun, selain dua kepastian di atas, shalawat memiliki keutamaan dan faedah secara khusus, misalnya shalawat Syifa. Shalawat yang satu ini bisa menghilangkan segala kesusahan dan kepayahan, dan semua ini telah terbukti dan dibuktikan oleh para ulama terpercaya. Syekh Yusuf an-Nabhani dalam kitabnya mengatakan:
هٰذِهِ الصَّلَاةُ مُجَرَّبَةٌ لِتَفْرِيْجِ الْكُرُوْبِ
Artinya, “Shalawat ini teruji (menjamin) untuk menghilangkan kesusahan/kepayahan.” (Yusuf an-Nabhani, Sa’adatud Darain, : 2010, h. 323). Namun, ada yang menarik sebelum Syekh Yusuf an-Nabhani mengatakan ucapannya di atas. Dalam kitabnya ia bercerita kepada Syekh Hasan Abul Halawah al-Ghazi bahwa Syekh Yusuf sedang dirundung kesusahan, sedang menghadapi banyak masalah yang tidak kunjung selesai. Ia tidak pernah menemukan titik terang dalam hidupnya.
Di saat yang bersamaan, Syekh Hasan Abul Halawah al-Ghazi mengijazahkan shalawat Syifa’ kepadanya di Baitul Maqdis Palestina, agar dibaca dan diulang-ulang. Atas izin Allah, setelah mendapatkan ijazah dan membacanya, semua kesusahan Syekh Yusuf an-Nabhani hilang, semua masalah yang sedang ia hadapi menemukan titik terang, kemudian ia mengatakan:
فَبَعْدَ أَنْ تَلَوْتُهَا فَرَّجَ اللهُ كُرْبَتِيْ وَبَلَغَنِيْ فَوْقَ أُمْنِيَتِيْ بِفَضْلِهِ وَاِحْسَانِهِ وَبَرَكَةِ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيْ بِهَذِهِ الصِّيْغَةِ