Bogor Times-Masyarakat kampung Mulyasari pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani kopi, para petani menggarap lahan milik Perhutani Kabupaten Bogor. Lahan seluas kurang lebih 10 Hektar tersebut dapat menghasilkan biji kopi jenis Robusta mencapai 2 hingga 5 ton pertahunnya.
Kebiasaan petani yang hanya berkebun pada saat masa panen tiba, serta tidak adanya pemberian pupuk pada pohon kopi mengakibatkan kondisi kebun kurang terawat sehingga ilalang-pun tumbuh liar..kurangnya edukasi serta pembianaan kepada petani menyebabkan hasil panen yang tidak maksimal.
“iya, kami berkebun ketika kopi sedang panen saja” Ucap Pak Melan, salah satu petani kopi Mulyasari (24/07/22).
Mengetahui kondisi tersebut sekelompok mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia yang sedang melakukan KKN di Kampung Mulyasari mendatangkan praktisi di bidang kopi untuk memberikan arahan kepada masyarakat seputar kopi.
“Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan gambaran kepada para petani bahwa kopi yang dimiliki warga Mulyasari merupakan sebuah karunia. Apabila pengelolaan kopi dari pra-panen, panen hingga pasca-panen dikelola dengan baik, tentu saja akan meningkatkan nilai jualnya," kata Fajrul Falah, Koordinator Divisi Ekonomi KKN Pancaniti.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada petani tentang cara merawat pohon kopi agar menghasilkan biji kopi yang berkualitas. Hal ini tentu merupakan bukan kegiatan yang membutuhkan waktu singkat, tetapi berkelanjutan.
Masyarakat Kampung Mulyasari berharap Dinas Pertanian setempat punya asa untuk membantu mendampingi petani Kopi Mulyasari. Pada dasarnya hal demikian menjadi perhatian bersama untuk memajukan perindustrian kopi di Kabupaten Bogor. ***