Bogor Times- Diceritakan suatu kisah Nabi Muhammad SAW pada saat penaklukan kota Makkah. Tak ada darah menetes di dalam ataupun sekitar Masjidil Haram.
Sejak awal, Nabi mewanti-wanti berbagai bentuk kekerasan dan perusakan karena musuh tidak lagi menyerang.
Sikap anti-pemaksaan justru mengantarakan peristiwa Fathul Makkah pada kemenangan yang kian gemilang.
Baca Juga: Kompetisi Robotik Madrasah tahun 2022 Kembali Digelar, Kemenag: 300 juta untuk uang pembinaan par
Baca Juga: Sosok Reihan yang Lerap di Mimpikan oleh Intan Lembata Akhirnya Muncul
Baca Juga: Terlihat Culun, Patugas Perawatan Mesin ATM Sukses Bawa Kabur Rp 1.9 M
Musyrikin Quraisy berbondong-bondong memeluk Islam, terutama setelah pemimpin tertinggi mereka, Abu Sofyan berikut keluarganya secara suka rela mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hanya saja, kesadaran tauhid tidak selalu berlangsung segera. Seorang panglima Quraisy bernama Shofwan bin Umayyah sempat berketetapan masuk Islam tapi urung. Dia membutuhkan beberapa waktu untuk membulatkan niatnya itu.
“Berilah saya waktu seminggu untuk berpikir, apakah saya harus masuk Islam atau tidak,” kata Shofwan kepada Nabi. “Jangan seminggu,” sergah Nabi.
Baca Juga: Polisi Kembali Amankan Pelaku Pengoplos Gas Subsidi, Lima Orang Pelaku DIamanka
Baca Juga: Suami Bunuh Istri, Sadis! Ternyata Karena Alasan Satu ini
Baca Juga: Ternyata, Ledakan di Asrama Brimob dari Kelalaian Oknum Polisi. Simak Faktanya
Baca Juga: Inilah Perempuan Yang Buat Aril Noah Kepicut, BCL atau Luna?
Shofwan kaget dan bertanya, “Apakah itu terlalu lama?” “Tidak,” Rasulullah menyahut, “Terlalu singkat"
Alasan penundaan tersebut didasari atas beberapa hal. Diantaranya Rosulullah hendak mengabarkan bahwa tidak ada pemaksaan dalam agama,