Bogor Times- Pengembangan Hutan Wisata Mangrove di Desa Langadai, Kelumpang Hilir, Kotabaru, Kalimantan Selatan, merupakan salah satu program yang dijalankan pemerintah Desa Langadai dan Indocement.
Tujuan utamanya Hutan Wisata Mangrove, Desa Langadai adalah untuk menuju desa mandiri. Terlebih lagi, terdapat jutaan potensi alam di dalamnya yang bisa dikelola dengan baik dan benar.
Keberhasilan pengelolan pengembangan Hutan Wisata Mangrove itu menjadikan salah satu alasan PT Indocement meraih Tiga Penghargaan Emas dalam Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) pada 27 September 2021 lalu.
Baca Juga: Miliki Segudang Inovasi, PT Indocement Kembali Mendulang Penghargaan Bergengsi
Indocement dianugerahi tiga penghargaan kategori Gold atas kontribusinya dalam pencapaian SDGs
12.5 (Pengolahan limbah organik dan non-organik untuk kesejahteraan masyarakat), SDGS 13.2
(Inisiatif dalam upaya mitigasi perubahan iklim), dan SDGs 14.1 (Inisiatif dalam program konservasi
pesisir dan laut berbasis masyarakat).
Salah satu keberhasilan Indocement dalam meraihbpenghargaan Gold ISDA 2021 antara lain berada di Kompleks Pabrik Tarjun melalui program merajut asa menuju desa mandiri di Desa Langadai, Kelumpang Hilir, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Baca Juga: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Genjot Percepatan Herd Immunity dengan Vaksinasi Massal
Di Desa Langadai itu terdapat Hutan Mangrove milik Desa Langadai yang dikelola atas perbantuan dan pendampingan PT Indocement sebagai wilayah kepulauan yang strategis.
Letak geografis hutan ini berhadapan langsung dengan Selat Makassar, wilayah Kabupaten Kotabaru.
Terlebih lagi, hutan Mangrove memiliki banyak potensi wisata pesisir, mulai dari pantai yang bersih hingga hutan mangrove yang masih alami.
Baca Juga: Ayo Segera, Indocement Buka Lowongan Kerja Hingga 10 September
Selain karena sentuhan pendampingan dari PT Indocement, Wisata hutan mangrove yang dimiliki desa tersebut juga merupakan suatu bentuk kepedulian warganya dalam menjaga lingkungan.
Keberadaan Desa Langadai sudah ada sejak tahun 1870 atau kurang lebih 150 tahun silam termasuk keberadaan hutan mangrovenya, dan sejak 1955 desa yang juga banyak membudidayakan lebah madu kelulut ini, terdata secara administrasi.
Desa yang berpenduduk sekitar 2000 jiwa yang 80% penduduknya merupakan Suku Banjarndan sisanya Suku Bugis ini, awalnya sebagian besar mata pencaharian penduduk setempat 70 persennya adalah nelayan.
Artikel Terkait
Masa PSBB, Bogor Times Berbagi Bingkisan Pada Anak Yatim
Ringankan Warga, Bogor Times Berbagi Nasi Kotak
Bogor Times Beri Reward Pembaca
Renang di Empang Dekat Proyek RSUD Bogor Utara, FN Gadis 10 Tahun Tewas Tenggelam
Genjot Produksi Mobil Listrik 600 Ribu Unit di 2030, Indonesia Dalam Waktu Dekat Akan merealisasikannya.
Cak Imin: Selama NU Sukses, Saya Yakin Pembangunan Nasional Juga Sukses.
Ibu Kota Jakarta Menggelar Formula E 2022, Anies Baswedan Sejalan Dengan Jokowi, Benarkah?
Habib Luthfi Bin Yahya : Jangan Tertipu dengan Kedudukan Pangkat
Indonesia Raih Piala Thomas CUP 2021, Taufik Hidayat Ngamuk.
Tim Indonesia Merah Putih Berhasil Membekuk Juara Bertahan Dengan skor 3-0, Presiden Jokowi Tegang.
Presiden Jokowi Haqqul Yakin Mobil Listrik Dengan Mengintegritaskan Krakatau Steel Indonesia 2-3 Tahun Buming.