Bogor TImes- Kenaikan harga komoditas daging ayam mengalami kenaikan. Al Hasil, tingginya harga ayam membuat omset pedagang menurun.
Di Majalengka, harga daging ayam alami kenaikan sebesar Rp 3.000 atau menjadi Rp 43.000 per kg. Kenaikan harga ini cukup membingungkan para pedagang daging ayam eceran di pasar tradisional karena dengan kenaikan harga mengakibatkan omset penjualan semakin menurun.
Menurut keterangan pada pedagang gading di Pasar Sindangkasih dan Kadipaten, kenaikan harga sebesar Rp 3.000 ini mulai terjadi pada Rabu 12 Januari 2022 pagi.
Baca Juga: Jadi Kapolres Bogor, Iman Imanudin Dapat Respon Positif Dari Organisasi Kemahasiswaan dan kepemudaan
Karena hari sebelumnya harga daging ayam masih diangka Rp 40.000 per kg.
Pemberitahuan terjadinya kenaikan harga daging dari distributor atau pengusaha pemotongan ayam baru dilakukan pagi hari saat pengiriman ayam dilakukan.
“Haduh pedagang di pasar hanya ketiban bingungnya, harga naik, omset terus berkurang,” ungkap Mimin salah seorang pedagang daging ayam.
Baca Juga: Pihak Bank Tutup Mata, PKH Berbulan-bulan Tunggu Pencairan PKH
Dengan kenaikan harga tersebut menurutnya, penurunan omset hampir setengahnya dari biasanya.
Jika biasanya omset penjualan mencapai 1 kg lebih ditambah ayam kampung sebanyak 50 kg yang jarganya telah mencapai Rp.75.000 per kg, kini omset penjualan hanya sekitar 60 kg untuk ayam broiler dan 23 ekor Hal senada disampaikan Een pedagang daging ayam di Kadipaten, dia mengaku terus menurunkan jumlah penjualannya karena khawatir daging tersisa sementara daging tidak bisa dikembalikan kepada distributor.
Ketika daging tidak laku dijual dia terpaksa harus memasaknya dan menjualnya di rumah diedarkan kepada tetangga atau dijual melalui grup WA di lingkungan pemukimannya.
“Daging sering tersisa, kalau jualan sampai sore, daging bau tidak akan laku dijual. Jadi ketika sudah siang langsung pulang dan daging yang tersisa di masak atau dijual mentah ke tetangga yang butuh,” kata Een.
Sedangkan Ika pedagang daging ayam lainnya kini terpaksa berhenti berjualan setelah harga terus meroket dan penjualan lesu. Dia mengaku sudah lima hari berhenti berjualan karena penjualan sepi.
“Liren heula lah da sepi, pami teu pajeng pan teu tiasa diuihkeun, tungtungna di pasak. Kedahna untung malah rugi margi sesana seueur (Berhenti dulu berjualan karena sepi, kalau barang tidak laku tidak bisa dikembalikan, akhirnya di apsak buat keluarga. Yang seharusnya berjualan meraup untung ini malah rugi karena barang tersisa banyak),” ungkap Ika.
Artikel Terkait
Warga Keluhkan Komoditas Bantuan Tak Sesuai, TKSK Gunungsindur: Suplayer Pegang Rekomendasi Dinsos
Tau Bermasalah, Agen Euis Ganti Apel Busuk Dengan Yang Segar, KNPI Anggap Beras Buruk Harus Diganti.
Bising "Panci" LKKNU Kabupaten Bogor Tembus Gedung DPR RI, Dewan Pastikan 18 Januari RUU Disahkan
Dianggap Melecehkan Agama,Ormas Hindu Laporkan Pria Tendang Sesajen di Semeru
Soal 'Dapur', Pria Akhiri Hidup Bunuh Diri Lompat ke Waduk
KNPI Kecamatan Gunungsindur dan Parung 'Warning' Pemda Bogor Terkait Rekomedasi Suplayer
Cegah Roboh, Rumah Janda Miskin Anak Dua Dibangun Pemerintah Desa Cogreg dengan Swadaya
Pihak Bank Tutup Mata, PKH Berbulan-bulan Tunggu Pencairan PKH
Delapan Belas Tahun Pemekaran, Pemerintahan Kecamatan Tanjungsari Masih Dikuasai Warga Kecamatan Cariu
Jadi Kapolres Bogor, Iman Imanudin Dapat Respon Positif Dari Organisasi Kemahasiswaan dan kepemudaan