Disaat Raja Dikalahkan Rakyatnya. Kisa Hikmah Harun Ar Rasyid

- Kamis, 27 Januari 2022 | 16:50 WIB
Raja dan rakyat. (Pixabay)
Raja dan rakyat. (Pixabay)

Bogor Times-Salah satu pemimpin Abbasyiyah pada abad ketujuh ini sempat dibuat jengkel oleh tingkah seorang pemuda kampung (A’rabi atau Badui).

Pemuda berpenampilan sederhana dan lebih mirip dengan budak sahaya itu selalu mendahului Raja Harun ar-Rasyid.

Padahal, sebelumnya sang raja telah memberikan peringatan bahwa selama ia melakukan ibadah haji, tidak boleh ada seorang pun yang mendahuluinya.

Baca Juga: Menyambut Awal Tahun 2022 INSPIRA dan ICMI Bahas Issue Strategis.

Pengawal raja dengan sigap langsung melarang orang yang berpakaian sederhana itu, namun dengan tenang ia menjawab, bahwa Allah tidak membedakan derajat seorang raja dan rakyat di tempat ini. Kemudian ia membacakan ayat Al-Qur’an yang berbunyi,

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الَّذِيْ جَعَلْنٰهُ لِلنَّاسِ سَوَاۤءً ۨالْعَاكِفُ فِيْهِ وَالْبَادِۗ وَمَنْ يُّرِدْ فِيْهِ بِاِلْحَادٍۢ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ

Artinya: “Sungguh, orang-orang kafir dan yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan dari Masjidil Haram yang telah Kami jadikan terbuka untuk semua manusia, baik yang bermukim di sana maupun yang datang dari luar dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya akan Kami rasakan kepadanya siksa yang pedih” (QS Al-Hajj [22]: 25).

Baca Juga: Kenangan Intelektual Polotik Militer Salim Said di Era Gusdur

Mendengar jawaban A’rabi, Raja Harun langsung melarang pengawalnya untuk menghalanginya melakukan ibadah. Sang raja menyuruh pengawal untuk membiarkannya beribadah sesuai dengan keinginannya sendiri, baik mendahului atau tidak.

Selanjutnya, Raja Harun hendak mengusap dan menyentuh Hajar Aswad, namun orang A’rabi yang tidak dikenal itu mendahuluinya lagi. Sang raja hendak melakukan shalat di Hijir Ismail, namun lagi-lagi ia mendahului Raja.

Dan benar saja, semua ibadah yang hendak dilakukan Raja Harun di dalam Ka’bah didahului olehnya.

Baca Juga: Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Lakukan Lidik Dugaan Perbudakan Manusia

Setelah Raja selesai melakukan shalat, ia menyuruh pengawalnya memanggil A’rabi untuk menjawab beberapa pertanyaan yang akan diajukan oleh Raja. Sejatinya, Raja Harun penasaran akan sosok lelaki dengan pakaian sederhana itu.

Akan tetapi, ketika pengawal memanggilnya, ia justru tidak mau memenuhi panggilan raja, bahkan ia menyuruh pengawalnya untuk memanggil rajanya. Sebab, analogi sang A’rabi, orang yang butuh seharusnya mendatangi bukan malah didatangi. 

Lagi-lagi Raja Harun harus tunduk di bawah aturan rakyatnya sendiri. Setelah raja mendatanginya, ia mengatakan, “Wahai A’rabi, saya hendak menanyakan perihal kefardhuan kepadamu. Jika engkau bisa menjawab maka engkau orang yang hebat. Namun jika tidak, engkau orang yang lemah akan pengetahuan.” Sebelum A’rabi menjawab, ia justru menanyakan kepadanya, “Engkau bertanya perihal fardhu yang mana? Fardhu satu, lima, tujuh belas, tiga puluh empat, sembilan puluh empat, atau satu fardhu seumur hidup, atau satu fardhu dari dua belas, satu fardhu dari empat puluh atau lima fardhu dari dua ratus?”

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Usman Azis

Sumber: NU Online

Tags

Rekomendasi

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB
X