• Kamis, 21 November 2024

Usai Indonesia, Kini Singapura Alami Suhu Panas Efek Pulau Panas Perkotaan

- Kamis, 19 Mei 2022 | 11:47 WIB
Ilustrasi Ukuran Cuaca Panas (Pixabay.com)
Ilustrasi Ukuran Cuaca Panas (Pixabay.com)

Bogor Times- Sama seperti Indonesia, Singapura juga mengalami suhu panas sejak awal Mei 2022 ini.
Akan tetapi, meski mengalami bulan Mei terpanas mencapai 36,7 derajat Celsius, Singapura tidak mengalami gelombang panas.

Badan Meteorologi Singapura mengatakan gelombang panas terjadi ketika suhu maksimum harian, rata-rata di stasiun yang ditunjuk dengan catatan suhu jangka panjang, setidaknya 35 derajat Celsius pada tiga hari berturut-turut dengan suhu rata-rata harian sepanjang periode setidaknya 29 derajat Celsius.

"Kami saat ini tidak mengalami gelombang panas," ucap seorang juru bicara, Rabu, 18 Mei 2022.

"Akan tetapi kami memperkirakan paruh kedua Mei 2022 akan terus menjadi hangat dan lebih kering dibandingkan dengan paruh pertama bulan ini," tuturnya menambahkan.

Cuaca hangat tidak terduga, para ahli mencatat bahwa April hingga Mei biasanya merupakan periode terpanas tahun 2022 ini.

"Mei baru saja melewati ekuinoks musim semi yang berarti bahwa matahari hampir tepat di atas kepala pada siang hari di Singapura. Berada dalam periode antar-musim hujan, angin permukaan lemah dan kurang mampu mengangkut panas," kata Associate Professor Koh Tieh Yong, seorang ilmuwan cuaca dan iklim di Singapore University of Social Sciences.

Bersama dengan radiasi matahari yang lebih intens, ini membantu menjelaskan suhu rekor pada awal Mei," ujarnya menambahkan.

Akan tetapi, perubahan iklim dan apa yang dikenal sebagai efek pulau panas perkotaan telah mendorong suhu naik.

"Suhu yang lebih hangat dari normal yang telah kita lihat diperkirakan karena perubahan iklim umumnya meningkatkan suhu global selama 40 tahun terakhir," kata Associate Professor Winston Chow, seorang ilmuwan iklim di Singapore Management University.

Dia menambahkan bahwa ada efek pulau panas perkotaan yang kuat dari daerah-daerah yang dibangun di Singapura, yang menyimpan panas di siang hari dan melepaskannya di malam hari.


"Meskipun panas terik, suhu tidak cukup tinggi dalam sehari dan tidak bertahan cukup lama antara hari untuk melewati ambang batas yang diperlukan untuk dinyatakan sebagai gelombang panas oleh Met Service," ujar Koh Tieh Yong.

Senada dengan pernyataan itu, Winston Chow memperkirakan suhu tanpa hujan selama periode ini akan terjadi.

"Risikonya akan lebih tinggi jika tidak ada perkiraan hujan selama periode ini," ucapnya.
"Tapi tampaknya akan ada hujan di pipa untuk menurunkan suhu rata-rata dan mendinginkan kita dari panas," kata Winston Chow menambahkan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Channel News Asia, Kamis, 19 Mei 2022.

Berdasarkan catatan masa lalu, Singapura mengalami rata-rata satu hingga dua gelombang panas per dekade dengan gelombang panas terakhir terjadi pada 2016 antara 17 dan 19 April.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Imam Shodiqul Wadi

Sumber: Asia News

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB
X