Bogor Times- Tak banyak yang mengetahui. Karomah para waliullah ternyata tidak satu jenis saja melainkan beberapa bentuk.
Dalam hal ini, Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al Haddad dalam kitabnya An Nafais Al Uluwiyyah fil Masailis Shufiyyah menjelaskan, terdapat dua macam karamah, yaitu karamah hakiki dan karamah tak hakiki.
Pada dasarnya, kedua macam karamah tersebut berbeda secara substasial. Ulama dari Hadramaut Yaman tersebut menjelaskan sebagai berikut: yang artinya "Seseorang hanya mementingkan kepentingan duniawinya dan memuaskan keinginan nafsunya jika ia mengejar ‘karamah tak hakiki’ seperti melipat bumi, memperoleh berita-berita gaib dan sebagainya
Baca Juga: Kisah Baduwi Songong, Tarik Selendang atau Surban Rosulullah
Baca Juga: Alhamdulilah, Jembatan Cikarang Singasari Jonggol Akan Diperbaiki
Tetapi jika ia mencari ‘karamah hakiki’ seperti meningkatnya iman dan keyakinan, hidup di dunia dengan zuhud, dan condong pada kehidupan akhirat, dan sebagainya, maka perbuatan itu merupakan hal yang terpuji. Inilah yang harus dicari karena semua itu merupakan perkara haq dan sesuai dengan tuntutan agama.”
Dari kutipan diatas dapat kita ketahui beberapa hal sebagai berikut:
1. Karamah dibagi menjadi dua, yakni al-karamat ash-shuriyyah (karamah tak hakiki) dan al-karamat al-haqiqiyyah (karamah hakiki). Contoh karamah tak hakiki adalah jalan cepat yang seolah dapat melipat bumi dan mendapatkan berita-berita gaib dari langit hingga, misalnya, mengetahui suatu peristiwa sebelum terjadi. Sedangkan contoh karamah hakiki adalah tebalnya iman, hidup secara zuhud dan menyukai kehidupan ukhrawi.
2. Seseorang yang beribadah menempuh perjalanan ruhani seperti melakukan amal-amalan tertentu dengan maksud mencari karamah yang berupa kemampuan berjalan cepat yang seolah dapat melipat bumi, atau memperoleh kasyaf sehingga mengetahui berita-berita dari langit, maka orang tersebut telah melakukan perbuatan yang tidak terpuji karena ini berarti ia mengejar hal-hal duniawi dalam ibadahnya kepada Allah subhanahu wata'ala.
3. Seseorang yang bersungguh-sungguh melakukan amal-amalan tertentu dengan maksud meningkatkan iman, memantapkan hidup dengan kezuhudan dan memburu kemanfaatan ukhrawi dan bukannya duniawi, maka orang tersebut telah melakukan perbuatan mulia.
Kemudian, dalam karya yang lain, yaitu kitab Risalatu Adabi Sulukil Murid, halaman 47, menjelaskan sebagai berikut: “Karamah yang mencakup semua jenis karamah, baik yang hakiki maupun tidak hakiki, merupakan buah dari istiqamah, yaitu menurut pada perintah-perintah Allh dan menjahui larang-larangan-Nya secara lahir dan batin.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karamah tak hakiki adalah karamah yang hanya kelihatannya saja. Karamah seperti ini bisa berupa kemampuan luar biasa yang bersifat duniawi, seperti melipat bumi. Sedangkan karamah hakiki adalah karamah berupa kemampuan luar biasa yang bersifat ruhani atau ukhrawi, seperti kemampuan beribadah yang di atas rata-rata orang.
Seorang murid yang mengejar karamah tak hakiki bukanlah murid yang baik, sedangkan mereka yang mengejar karamah hakiki adalah murid yang terpuji.
Singkatnya karamah tak hakiki bersifat duniawi, sedangkan karamah hakiki bersifat ukhrawi. Karamah yang mencakup kedua macam karamah di atas berasal dari istiqamah (berlaku lurus dalam jalan Allah).****