• Kamis, 21 November 2024

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya : Tiga Penopang Kesuksesan Dakwah Nabi Muhammad

- Kamis, 14 Juli 2022 | 06:55 WIB
ILUSTRASI Kisah Nabi Muhammad SAW (SM Banyumas/dok)
ILUSTRASI Kisah Nabi Muhammad SAW (SM Banyumas/dok)

Bogor Times-Proses dakwah Rosulullah patut dijadikan Contoh. Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan dalam bukunya Secercah Tinta (2012) mengungkapkan tiga penopang keberhasilan dakwah Nabi Muhammad yang dinukil dari sebuah ayat Al-Qur’an:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At-Taubah: 128)

Berdasar pada ayat di atas, Allah memperkenalkan dan menerangkan kedudukan Nabi Muhammad.

Telah datang Rasul, utusan yang berasal dari manusia, bukan dari makhluk lain. Utusan Allah dari golongan manusia menunjukkan bahwa Muhammad bukanlah manusia sembarangan.

Beliau adalah manusia pilihan yang luar biasa.Lalu apa luar biasa atau keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah? Pertanyaan ini terjawab dalam beberapa kalimat selanjutnya.

Pertama, azizun ‘alaih ma’anittum (berat terasa olehnya penderitaanmu).

Karena sepanjang hayatnya, terutama yang dipikirkan oleh Nabi Muhammad adalah umatnya. Ia sama sekali tidak menginginkan umatnya menderita di hari kemudian.

Bahkan, beberapa riwayat menyebutkan ketika Malaikat Izrail mendatangi Nabi Muhammad untuk mencabut nyawanya.

Tentu saja perintah Allah tersebut terasa berat bagi Izrail untuk mencabut manusia yang paling dicintai Allah SWT.

Di dalam obrolan sebelum mencabut nyawa Sang Nabi, Izrail memberikan kabar gembira tentang kesempurnaan dan kenikmatan surga bagi Rasulullah SAW.

Bukan malah bergembira, Nabi Muhammad justru teramat sedih dan menderita sehingga membuat Izrail bertanya-tanya. Nabi Muhammad berkata, “Lalu, bagaimana dengan umatku?”

Pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa Nabi tidak akan pernah membiarkan umatnya menderita meski merekalah yang membuat sengsara dirinya sendiri.

Kondisi ini membuat berat terasa oleh Nabi Muhammad atas penderitaan umatnya.

Kedua, harishun ‘alaikum (sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Usman Azis

Sumber: NU Online

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB
X